Bagaimana Cara Kerja Sistem Keamanan Blockchain? Bisakah Diretas? Berikut Penjelasannya
Diperkenalkan pertama kali oleh Stuart Haber dan W Scoot Stornetta pada tahun 1991, blockchain baru mulai dikenal masyarakat luas pada 2008. Tepatnya, ketika Satoshi Nakamoto memperkenalkan sistem mata uang peer to peer bernama Bitcoin. Saat ini, Bitcoin sudah makin populer dan teknologi blockchain juga terus mengalami pertumbuhan.
Namun, bagaimana dengan ancaman siber dan percobaan pembobolan? Menurut Blockchain Security Engineer Sigma Prime Dimaz Wijaya, ia mengatakan jika blockchain bisa dikatakan sebagai wilayah yang cukup berbahaya.
Baca Juga: Provinsi Guizhou China Manfaatkan Larangan Penambangan Bitcoin Sebagai Kampanye Kendaraan Listrik
"Kita akan melihat blockchain sebagai war zone atau medan perang dan melihat blockchain sebagai wilayah yang berbahaya karena alasan transparan atau bisa dilihat oleh banyak orang termasuk dapat dilihat seberapa banyak blok-blok yang ada," katanya melalui Webinar Beyond B: How Crypto Works Under The Hood, Senin (9/8/2021).
Alasan orang termotivasi untuk bertindak curang dan melakukan serangan menurut Dimaz terjadi karena kompetisi hingga keuntungan yang tinggi.
"Jadi kita gambarkan blockchain ini adalah sebuah teknologi yang amat berkembang besar, bahkan perkembangannya meningkat secara eksponensial. Kenapa berkembang sangat pesat? Karena ada kompetisi. Namun sayangnya, dalam kompetisi ini kadang-kadang menjadi negatif, jadi tidak berkompetisi secara sehat. Selain itu, keuntungan yang didapat bisa sampai jutaan dolar," ujarnya.
Dimaz juga menceritakan ketika seorang attacker menemukan blok kecil itu, bisa dieksploitasi berkali-kali hingga mau tak mau developer harus mematikan sistem. Bagaimana cara mitigasi atau menurunkan potensi serangan? Dia menyebut pasti ada, tetapi sulit membuat aplikasi yang tidak memiliki celah keamanan.
"Meski demikian, tentunya dalam sistem blockchain sudah terdapat fungsi yang mampu menghalangi, bahkan mengurungkan seseorang yang memiliki niat jahat," tambahnya.
Untuk para pemula dan pengguna yang ingin lebih mengenal teknologi blockchain lebih jauh, tentunya harus mengenal tentang sistem keamanan apa saja yang diberikan jika ingin menggunakan layanan dari blockchain. Pertama, sistem kunci privat Bitcoin berbasiskan tanda tangan digital yang menggunakan sistem bernama the Elliptical Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA).
Adapun satu-satunya cara bagi attacker untuk membuka kunci privat tersebut adalah dengan mencari kombinasi angka-angka yang sesuai. Nantinya, peretas masih harus mencocokkan lagi kombinasi angka kunci privat itu dengan kunci publiknya. Namun tenang saja, hal tersebut pastinya mustahil dilakukan karena ada 1.077 kemungkinan angka kombinasi.
Selanjutnya, sistem blockchain terdiri dari beberapa blok, atau serangkaian transaksi yang baru diproses. Setiap bloknya tersambung dengan blok sebelumnya dalam satu kriptografi sehingga blok-blok tersebut membentuk suatu rantai. Seseorang dapat menambah informasi atau transaksi di dalamnya, tetapi tidak bisa mengubahnya kembali. Yang artinya, sulit untuk melakukan hack atau kecurangan pada blockchain seseorang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: