Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lulusan Paket C Sukses Jadi Konglomerat, Ternyata Ini Rahasia Sukses Hary Tanoesoedibjo

Lulusan Paket C Sukses Jadi Konglomerat, Ternyata Ini Rahasia Sukses Hary Tanoesoedibjo Kredit Foto: KrASIA
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konglomerat MNC Group, Hary Tanoesoedibjo membagikan kiatnya menjadi pengusaha hebat yang memiliki banyak anak perusahaan. Hary mengungkap meski memiliki banyak perusahaan, tetapi ia tak pernah merasa itu sebagai beban melainkan menyerahkan segalanya dan meminta petunjuk kepada Tuhan.

Itu diungkap Hary Tanoe dalam video di kanal YouTube Pdt. Gilbert Lamuindong yang bertajuk "NGOBROL BARENG HARY TANOE".

"Masalah itu mau berhasil atau tidak, itu nomor seratus. Paling tidak saya yakin mengerjakan tugas saya, biar Tuhan yang menyelesaikan sisanya," tandasnya.

Baca Juga: Sandiaga Uno Dorong Perempuan jadi Pengusaha UMKM

Dari awal pandemi Hary Tanoe berujar bahwa ia tetap ke kantor, ia tetap tampil dengan semangat. Melalui yayasannya, MNC Peduli, Hary juga banyak membantu orang yang terdampak pandemi dan rumah sakit.

Menurut Hary Tanoe, pandemi Covid-19 ini lebih parah dari krisis keuangan 1998.

"Kalau krisis 1998 yang kena adalah finansial sektor, khususnya pengusaha kalangan atas yang punya utang dalam dolar," ujar Hary.

Hary mengatakan pandemi Covid-19 ini sangat berdampak pada banyak sektor dan banyak pihak terutama dari kalangan bawah. Karena itu, Hary mengimbau siapapun yang bisa berbagi, ayo berbagi.

Meski sibuk sebagai pengusaha dan politikus, tetapi Hary selalu menyempatkan diri untuk makan siang di haru Jum'at bersama keluarga untuk membahas bisnis. Sementara untuk weekend, Hary tidak ingin membahas bisnis.

"Itu harus karena saya mau punya regenerasi suatu saat," ujar Hary. "Saya punya prinsip, keluarga yang berhasil bukan hanya orang tuanya yang berhasil, tetapi berhasil juga menumbuhkan anak-anak secara pendidikan, secara keimanan, mampu secara karir, itu berhasil," tandasnya.

Salah satu cara yang dilakukan Hary adalah anak-anaknya yang baru lulus langsung diajak rapat agar langsung praktik bagaimana decision making dilakukan.

Lebih lanjut, Hary Tanoe mengatakan bahwa ia memulai bisnisnya dari nol, ia merantau ke Jakarta dari Surabaya pada usia 24 tahun. Ia mendapatkan modal dari orang tuanya dan memulai karir bisnisnya dari perusahaan sekuritas. Hary memilih Jakarta karena paham perputaran ekonomi berada di Jakarta.

Saat krisis 1998, Hary masih menjalani perusahaan sekuritas. Perusahaannya pun terdampak, namun ia tak patah arang atas kesempatan yang datang yaitu ia membeli perusahaan-perusahaan yang sakit sejak tahun 1998 hingga 2001.

Perusahaan yang dibeli dalam kondisi sakit itu pun diperbaiki oleh Hary, kemudian ia jual dengan harga tinggi.

"Jadi di tengah krisis, banyak perusahaan bermasalah, saya malah untung luar biasa," ujar Hary. "Dari situlah [keuntungan] saya bangun MNC." tambahnya.

Awalnya, Hary hanya jual-beli perusahaan. Ia mengakui keuntungannya namun jika hanya seperti itu, ia tidak akan punya 'legacy'. Karena itulah ia mendirikan MNC hingga hari ini. Dimulai dari membeli RCTI, Global TV, Indovision, dan lain sebagainya.

"Kesempatan ada di segala situasi, dalam situasi Covid-19 ini pun banyak kesempatan," ujar Hary.

Karena itu, tipsnya kepada generasi muda, Covid-19 ini mengubah kebiasaan manusia. Dari segi bisnis, yang meningkat adalah online dan internet. Dari krisis, Hary mengimbau agar orang-orang mengubah mindset menyesuaikan dengan keadaan yang ada.

"Satukan dengan keimanan kita, kita berdoa minta petunjuk Tuhan supaya ego kita dilepas agar tidak merasa terlalu pintar, sehingga banyak inspirasi yang bisa masuk," tukas Hary.

Hary bahkan mengaku bahwa ia hanya lulusan Paket C tetapi bisa lulus S1-S2 hingga membangun perusahaan konglomerasi. Dahulu, saat kelas 3 SMA, Hary dikeluarkan dari sekolah karena hobi bertengkar dengan teman sekolahnya. Sehingga terbukti bahwa Paket C bukanlah akhir dari segala karir.

Hary juga berujar bahwa hidup harus terus belajar. Di atas orang pintar, masih ada orang yang lebih pintar lagi.

"Ilmu itu tidak ada ujungnya. Mungkin lima tahun lalu di pintar, tapi kalau tidak belajar, dia tidak lagi pintar," ujarnya.

Selain itu, Hary juga selalu menjaga stamina dengan berolahraga. Ia bahkan bangun jam 4 pagi, dan berangkat kerja jam 9 pagi. Selama waktu itu, ia berolahraga, membaca firman, bekerja, dan lain sebagainya. Hary juga berujar bahwa manusia harus memiliki faith (keyakinan). Karena itu, ia yakin jika seseorang memiliki kemauan terus berlajar, menjaga stamina dan memiliki keyakinan akan kebesaran Tuhan, orang itu pasti akan sukses.

"Sukses itu tak mengenal usia, ketika kamu memutuskan untuk berubah, itu menjadi turning point," tandas Hary.

Terakhir, Hary pun berpesan bahwa jangan sampai Covid-19 mematahkan mental kita karena kesempatan selalu ada di setiap situasi.

"Pelajari baik-baik perubahan pada habis masyarakat, dan kalau sedang membangun suatu karir, fokus di sana, fokus itu penting," ujarnya. "Sukses itu tidak dibangun dalam satu malam," tambahnya.

Hary juga berujar sukses memang penting, tetapi sukses yang besar adalah kumpulan dari sukses yang kecil.

"Jadi harus bersabar, dan konsisten. Sabar, someday pasti sukses," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: