"Nggak papa, nggak papa. Semua risiko saya sudah siap semua. Saya sudah siap dengan segala risiko terhadap diri saya," jawab Ngabalin dengan nada meninggi.
Dia mengingatkan Said bahwa pemerintah itu ditugaskan UUD untuk mengelola negara. Kata dia, polisi sebagai institusi negara memiliki tugas yang tanpa perlu menunggu perintah. Begitupun saat menghapus mural mirip Jokowi karena dinilainya mengganggu ketertiban.
"Itu yang mau saya bilang, saya mau menimpa karena pernyataan Anda itu menyesatkan, dan sungguh sangat menyesatkan!" kata Ngabalin.
Lalu, Said merespons Ngabalin dengan mengaku menyesal. Sebab, sebagai bagian Istana, Ngabalin aktif menimpa pernyataan rakyat seperti dirinya.
"Saya sangat menyesal, bahwa seakan-akan yang bisa menimpa seluruh rakyat adalah orang di Istana seperti Pak Ngabalin," ujar Said.
Ngabalin kembali memotong penjelasan Said yang belum selesai bicara.
"Bukan, pernyataan Pak Said Didu itu yang harus ditutupi. Harus ditimpa karena pernyataan itu kalau tidak segera dibantah, Anda punya pernyataan menyesatkan rakyat Indonesia," kata Ngabalin dengan nada meninggi sambil menunjuk-nunjuk ke arah Said.
Kata dia, sebagai mantan birokrat yang sudah 30 tahun di pemerintahan, seharusnya Said tak mengeluarkan pernyataan menyesatkan. "Itu menurut saya yang tidak benar," tutur Ngabalin.
"Sudah beribu-ribu kali saya sudah mendengar kata-kata Pak Ngabalin menyesatkan," kata Said.
"Sejuta kali, bukan beribu kali," ujar Ngabalin menimpali.
"Ya, sejuta kali selalu mengatakan orang lain menyesatkan. Hanya dia yang benar," ujar Said.
Belum selesai Said bicara, Ngabalin memotong kembali dan meminta agar pernyataannya segera dibantah.
"Saya bantah pernyataan Anda," tutur Said.
"Supaya berguru kepada tuan gurunya. Semua orang dibilang dungu, dibilang dungu," kata Ngabalin sambil menunjuk-nunjuk Said lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: