Kisah Orang-orang Afghanistan yang Gagal Melarikan Diri dari Taliban
Kredit Foto: Reuters/Stringer
Ribuan warga Afghanistan berbondong-bondong pergi ke Bandara Kabul dalam dua pekan terakhir, untuk keluar dari negara tersebut sehingga tak berurusan dengan Taliban.
Mereka berhari-hari menunggu dengan gelisah tanpa air, makanan, atau toilet agar bisa diangkut dengan pesawat.
Baca Juga: Menantikan Kedamaian Afghanistan yang Diharapkan Indonesia, Ini yang Diperhatikan
Banyak yang nyaris meninggal karena serangan bom bunuh diri oleh ISIS-K dan kemudian serangan drone AS.
Pemerintah AS mengatakan bahwa mereka bersama dengan mitra telah berhasil mengevakuasi 123.000 orang sebelum tenggat 31 Agustus.
Namun banyak orang, termasuk mereka yang pernah bekerja di pemerintahan Afghanistan, aktivis perempuan, jurnalis, serta orang-orang dari kelompok minoritas agama dan seksual, telah tertinggal.
BBC berbicara kepada tiga orang yang tidak bisa pergi. Mereka sekarang dalam persembunyian, jadi nama asli mereka diubah untuk melindungi identitas mereka.
Setelah Taliban merebut Kabul, Nazeef, bersama istri dan bayinya meninggalkan rumah mereka.
"Sayangnya saya tidak bisa tinggal. Saya meninggalkan rumah saya dan berpindah-pindah. Saya berganti lokasi setiap hari. Saya sekarang bersembunyi di rumah saudara saya," kata Nazeef kepada BBC.
Laki-laki yang pernah bekerja sebagai manajer kantor pemerintah itu punya riwayat panjang dengan Taliban. Masalahnya dimulai ketika ia dikirim untuk mengaudit pinjaman yang diberikan kepada petani di wilayah pedesaan, yang berada dalam pengaruh Taliban.
"Dalam peran itu saya telah berkunjung ke 18 provinsi selama hampir dua tahun untuk berbicara dengan petani. Taliban tidak suka proyek ini karena didanai oleh negara asing, Saat bekerja, saya melihat aktivitas Taliban dan menyampaikan informasi itu kepada kawan-kawan media saya."
Nazeef berkata Taliban mengetahui bahwa ia adalah sumber berita itu dan "menyampaikan peringatan" kepadanya, melalui kakaknya. Ia mengaku mengabaikan peringatan itu dan terus menyuarakan sikap oposisinya terhadap kelompok militan itersebut, antara lain dengan menulis kritik pedas di media sosial.
Namun adalah peran terakhirnya di pemerintah yang ia pikir membuatnya menjadi target utama.
"Saya bekerja di departemen yang sangat sensitif, mengelola data pribadi orang-orang. Taliban tahu jika mereka menangkap saya, mereka bisa mendapatkan nama dan alamat banyak orang yang mereka ingin jadikan target."
Ia mendengar dari tetangganya bahwa Taliban datang ke rumahnya setidaknya tiga kali dalam dua pekan terakhir.
"Saya dapat informasi mereka telah membunuh tujuh orang yang pernah bekerja dengan pemerintahan sebelumnya di Kabul, baru dua hari yang lalu."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: