Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenal Manfaat-Manfaat Propaganda

Mengenal Manfaat-Manfaat Propaganda Kredit Foto: Unsplash/ Campaign Creators
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah telah menggunakan propaganda selama berabad-abad untuk memengaruhi opini publik. Propaganda biasanya menggunakan poster, film, siaran pers, dan bahkan patung yang dirancang dengan hati-hati agar dapat berhasil digunakan untuk membuat publik mendukung kebijakan suatu pemerintahan.

Namun, penekanan yang berlebihan pada penyensoran dan ketidakjujuran yang berkaitan dengan propaganda dapat menjadi bumerang dan mendiskreditkan kepemimpinan tersebut. Walau sering mendapat stigma negatif, propaganda ternyata memiliki sejumlah manfaat, terutama bagi sebuah bisnis.

Baca Juga: Apa Itu Propaganda Politik?

Propaganda sebagai Teknik dalam Memanipulasi Pikiran Orang

Propaganda adalah upaya sistematis untuk memanipulasi kepercayaan, sikap, atau tindakan orang lain melalui simbol (kata-kata, gerak tubuh, spanduk, monumen, musik, pakaian, lencana, gaya rambut, desain pada koin dan perangko, dan sebagainya). Kesengajaan dan penekanan yang relatif berat pada manipulasi membedakan propaganda dari percakapan biasa atau pertukaran ide yang bebas dan mudah.

Propagandis memiliki tujuan tertentu atau serangkaian tujuan. Untuk mencapai ini, mereka dengan sengaja memilih fakta, argumen, dan tampilan simbol dan menyajikannya dengan cara yang menurut mereka paling berpengaruh. Untuk memaksimalkan efek, mereka mungkin menghilangkan atau mendistorsi fakta yang ada atau hanya sekadar berbohong, dan mereka mungkin mencoba mengalihkan perhatian reaktor (orang-orang yang mereka coba goyang) dari segala sesuatu kecuali propaganda mereka sendiri.

Manfaat Positif Propaganda pada Bisnis

Propaganda telah digunakan oleh bisnis dalam bentuk pemasaran dan iklan. Sering kali, tujuannya adalah untuk hanya membujuk konsumen untuk membeli barang atau jasa daripada menyajikan argumen rasional mengapa mereka harus membelinya. Namun, agar bisnis dapat meyakinkan konsumen secara efisien untuk membeli produk mereka, bisnis tersebut harus terlebih dahulu mengetahui apa yang diinginkan konsumen, yang disebut propaganda sosial. Beberapa iklan yang saling bersaing disebut counterpropaganda.

Para peneliti tertarik untuk mempelajari pengaruh berbagai sumber propaganda pada satu individu. Kriesberg melakukan studi awal pada tahun 1949 dan menemukan bahwa makin banyak orang terpapar sumber propaganda yang bertentangan, makin besar kemungkinan mereka memiliki pendapat moderat tentang suatu topik. Pada saat yang sama, Jewett sedang mempelajari mengapa orang dapat dipengaruhi dengan cara ini. Ini disebut sebagai efek bandwagon, bahwa orang akan mengubah perilaku dan pikiran mereka menjadi seperti orang lain.

Jika orang tersebut merasa seperti banyak orang percaya pada satu hal atau akan melakukan satu hal, mereka tidak akan mau percaya hal yang sebaliknya karena setiap orang takut diabaikan. Karena bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk sosial. Selain itu, dengan studi Bandura tentang kekuatan pemodelan, psikolog menemukan bahwa orang sangat dipengaruhi oleh orang lain di sekitar mereka.

Seiring dengan banyaknya penelitian yang dilakukan, Davison mempelajari efek orang ketiga pada propaganda, yang merupakan kecenderungan untuk melebih-lebihkan pengaruh propaganda orang terhadap pendapat orang lain. Para peneliti juga percaya bahwa orang lain yang terkena bentuk propaganda yang sama akan lebih terpengaruh olehnya daripada mereka.

Konklusi

Tujuan propaganda dapat berubah karena digunakan dalam konteks yang berbeda. Ketika digunakan oleh pemerintah, tujuannya adalah untuk mendapatkan dukungan dari warga negara dan untuk membentuk pendapat, emosi, sikap, dan perilaku mereka untuk kepentingan bangsa. Ketika digunakan oleh masyarakat, propaganda hanya sebagai teknik untuk memengaruhi pola pemikiran dan pendapat yang lebih besar.

Dalam pemasaran, propaganda memiliki banyak alat berbeda yang digunakan untuk meyakinkan konsumen bahwa mereka membutuhkan barang tertentu. Namun, jika diberitahu bahwa mereka terpapar propaganda, kebanyakan orang akan bereaksi ngeri dan jijik, karena konotasi negatifnya. Propaganda sering digambarkan sebagai alat yang tidak etis dan tidak bermoral untuk digunakan, tetapi juga dapat mendidik dan informatif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: