Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begadang di Malam Hari Memicu Konsumsi Camilan Tidak Sehat Sepanjang Hari

Begadang di Malam Hari Memicu Konsumsi Camilan Tidak Sehat Sepanjang Hari Kredit Foto: Pexels/Karolina Grabowska
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tidur malam kurang dari tujuh jam berpotensi membuat seseorang memilih camilan kurang sehat saat siang hari. 

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, ditemukan bahwa orang yang kurang tidur kemungkinan akan makan lebih banyak camilan karbohidrat, tambahan gula, lemak, dan kafein.

Baca Juga: Penting! Ini Cara Mengatasi Nyeri Kaki pada Penderita Diabetes

Temuan tersebut berdasarkan analisis data pada hampir 20.000 orang dewasa di Amerika.

Sedangkan konsumsi camilan asin, camilan manis, dan minuman non-alkohol ditemukan dalam jumlah yang sama antara orang yang kurang tidur dan tidak. Hanya saja, mereka yang kurang tidur cenderung makan lebih banyak kalori camilan per hari secara keseluruhan.

Data yang diperiksa dalam penelitian itu diambil dari 19.650 orang dewasa AS berusia antara 20 dan 60 tahun yang telah berpartisipasi dari 2007 hingga 2018 dalam Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional.

Selain pertanyaan mengenai jumlah rata-rata tidur malam selama minggu kerja, tiap peserta juga diminta mengingat makanan dan minuman yang dikonsumsinya selama 24 jam.

Baca Juga: Penting! Menghilangkan Rasa Ngantuk Ya dengan Tidur, Kafein Hanya Efek Jangka Pendek Saja

"Pada malam hari, kita meminum kalori dan makan banyak makanan ringan," kata Christopher Taylor, profesor dietetika medis Universitas Negeri Ohio (OSU) di School of Health and Rehabilitation Sciences dan penulis senior studi tersebut.

"Tidak hanya kita tidak tidur ketika kita begadang, tetapi kita melakukan semua perilaku yang berhubungan dengan obesitas. Seperti kurang aktivitas fisik, telalu lama melihat layar, pilihan makanan yang kita konsumsi sebagai camilan dan bukan sebagai makanan," imbuhnya, dikutip dari Fox News.

Kebiasaan itu menciptakan dampak yang lebih besar dari memenuhi atau tidak memenuhi rekomendasi tidur.

Rekan penulis Taylor dan OSU Emily Potosky, Randy Wexler dan Keeley Pratt membagi peserta menjadi mereka yang memenuhi atau tidak memenuhi waktu tidur menggunakan database Departemen Pertanian AS.

Baca Juga: Akibat Pandemi, dalam 3 Bulan Terakhir Hampir 200.000 Anak Dirujuk ke Layanan Kesehatan Mental

Alat itu digunakan untuk memperkirakan asupan nutrisi terkait camilan peserta, mengkategorikan semua camilan ke dalam kelompok makanan, dan menetapkan tiga kerangka waktu ngemil.

Lebih dari 95 persen peserta setidaknya makan satu camilan sehari dan lebih dari setengah kalori camilan di antara semua peserta berasal dari dua kategori termasuk soda, minuman energi, keripik, pretzel, dan kue kering.

Mereka yang tidak memenuhi waktu tidur lebih cenderung makan camilan pagi dan makan camilan dalam jumlah lebih banyak dengan lebih banyak kalori dan nilai gizi lebih sedikit.

"Semakin lama kita terjaga, semakin banyak kesempatan yang kita miliki untuk makan. Dan pada malam hari, kalori itu berasal dari makanan ringan dan manisan. Setiap kali kita membuat keputusan itu, kita memperkenalkan kalori dan barang-barang yang berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kronis," ucap Trailor 

Tak ditemukan menu camilan peserta berupa buah dan sayur.

American Academy of Sleep Medicine and Sleep Research Society merekomendasikan agar orang dewasa tidur tujuh jam atau lebih per malam secara teratur.

Kurang tidur dikaitkan dengan risiko masalah kesehatan yang lebih tinggi termasuk penambahan berat badan dan obesitas, juga penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.

Baca Juga: Dahsyat! Jenis Kacang Ini Mampu Menjaga Kesehatan Jantung

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mencatat bahwa kurang tidur juga dapat dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, diabetes, depresi, dan kondisi kesehatan kronis lainnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: