Waduh! Resistensi Insulin Ternyata Memiliki Keterkaitan dengan Peningkatan Depresi
Mengutip laman kesehatan WebMD, Resistensi insulin adalah ketika sel-sel di otot, lemak, dan hati Anda tidak merespons insulin dengan baik dan tidak dapat menggunakan glukosa dari darah Anda untuk energi. Untuk menebusnya, pankreas Anda membuat lebih banyak insulin. Seiring waktu, kadar gula darah Anda naik.
Baca Juga: Oh... Ini Ternyata Alasan Mengapa Sayuran Sangat Baik untuk Penderita Diabetes
Ternyata selain terkait dengan diabetes, resisteni insulin juga memiliki keterkaitan dengan peningkatan depresi. Bagaimana penjelasannya?
Melansir laman kesehatan kesehatan Medical News Today, sebuah studi mengumpulkan data dari peserta yang merupakan bagian dari Netherlands Study of Depression and Anxiety (NESDA). Para peneliti mengikuti peserta penelitian selama periode 9 tahun.
Mereka mengukur tiga faktor yang menunjukkan resistensi insulin:
- rasio trigliserida terhadap kolesterol lipoprotein densitas tinggi, yang menurut para peneliti "telah berkorelasi baik dengan standar emas untuk resistensi insulin dan sering digunakan dalam konteks klinis"
- kadar gula darah, dalam bentuk kadar glukosa plasma puasa
- lingkar pinggang
601 peserta yang dimasukkan tim dalam analisis data adalah mereka yang tidak memiliki riwayat depresi atau kecemasan klinis sebelumnya. Para peneliti menyaring peserta untuk depresi dan gangguan kejiwaan lainnya, mengambil spesimen laboratorium, dan memeriksa pengukuran fisik peserta pada evaluasi awal mereka dan lagi setelah 2 tahun.
Baca Juga: Ibu Hamil yang Menderita Diabetes Memiliki Risiko Kelahiran Dini (Prematur)
Para peserta kemudian menjalani evaluasi psikiatri 4, 6, dan 9 tahun setelah evaluasi awal. Tim mendasarkan kriteria untuk diagnosis klinis insiden depresi pada edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, sebuah sistem klasifikasi standar untuk diagnosis kondisi kesehatan mental.
Para peneliti memperhitungkan beberapa kovariat, termasuk usia peserta, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat aktivitas fisik, status merokok, dan penggunaan alkohol.
Analisis utama mereka menemukan bahwa ketiga indikator resistensi insulin dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental, Hindari Depresi dengan Cara Ini
Para peneliti lebih lanjut memeriksa subkelompok tertentu dari orang-orang yang tidak memiliki indikator resistensi insulin ketika penelitian dimulai tetapi mengembangkan pradiabetes – berdasarkan kadar glukosa plasma dan indikator resistensi insulin lainnya – pada masa tindak lanjut 2 tahun.
Mereka menemukan bahwa orang-orang yang mengembangkan pradiabetes selama 2 tahun pertama penelitian lebih dari dua kali lebih mungkin mengalami depresi berat pada 9 tahun tindak lanjut dibandingkan mereka yang memiliki kadar glukosa plasma normal pada titik 2 tahun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto