Zakat Pemberdayaan Untuk Pemulihan Ekonomi
Oleh: Denny Nuryadin, DPS Askrindo Syariah dan Dosen Ekonomi Islam FEB UHAMKA
Ada kata yang menarik dari ayat di atas yakni berdayakan-lah dalam menyalurkan zakat, sudah menjadi perkembangan zaman diamana zakat dapat dgunakan sebagai media menumbuhkan kesejahteraan umat, apabila hal ini dikaitkan dengan pendistribusian zakat dalam rangka menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.
Selama pandemi Covid-19 angka kemiskinan di Indonesia meningkat jumlahnya. Sudah terkonfirmasi pada September 2020 persentase penduduk miskin menginjak angka 2 (dua) digit atau 10.19% atau setara 27.55 orang.
Berbagai daya upaya sedang dilakukan untuk memulihkan ekonomi dengan harapan diujungnya jumlah orang miskin dapat berkurang. Berbagai stimulus telah dikeluarkan dalam rangka ekonomi mikro dapat menggeliat kembali.
Peran philantrophi Islam dalam memberikan kontribusi pemulihan ekonomi sekaligus sebagai upaya dalam menurunkan jumlah orang miskin dengan kondisi ekstrim.
Model ini akan menggabungkan skema pinjaman kebajikan atau qordhul hasan digabungkan dengan model atau skema pembinaan yang semi mandiri.
Sumber dana di awal program dapat berasal dari zakat, infaq dan shodaqoh sedangkan untuk model atau skema semi mandiri dimaksudkan untuk memelihara keberlanjutan usaha dari dhuafa penerima manfaat dapat berasal dana CSR corporate
Zakat untuk produktif menurut Yusuf Qordhawi telah memperkuat konsep zakat untuk kegiatan produktif dibolehkan.
Hal ini dimaksudkan agar pertama; manfaat zakat lebih maksimal dan lebih luas jangkauannya bagi penerima manfaat, kedua; mendidik mustahik untuk kedepannya agar tidak menjadi mustahik abadi melainkan akan berubah tingkatannya menjadi muzakki, ketiga; konsep zakat untuk produktif menggunakan metode memberikan kail dan bukan memberikan umpan semata.
Pada awal program praktek pemberian zakat untuk produktif seyogyanya beriringan pula dengan pemberian pemenuhan kebutuhan dasar ekonomi mustahik, ibarat dua muka dalam satu mata uang koin, hal ini dimaksudkan agar proses pemberdayaan berjalan secara efektif dan optimal hasilnya.
Contoh praktek implementasi pemberian zakat produktif adalah selain memberikan gerobak dagang maka dapat pula diberikan barang dagangan jualannya.
Sedangkan untuk pemberian pemenuhan dasar hidup diberikan pada awal program seperti pemberian beras dimaksudkan agar perputaran dana hasil usahanya tidak tertanggu atau digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-harinya. melainkan sepenuhnya difokuskan untuk cadangan perkembangan usaha mistahik. Penghentian pemberian kebutuhan dasar akan disesuaikan dengan kondisi perkembangan usaha dan bilamana dirasa usahanya telah berkembang maka dapat dihentikan.
Dalam melanjutkan program pemberdayaan ekonomi melalui konsep semi mandiri dimaksudkan untuk melanjutkan pengembangan usaha, maka sumber dananya dapat bersumber dari dana CSR perusahaan mitra. Produk ini bisa diberikan dalam bentuk pinjaman kebajikan (qordhul hasan).
Dalam rangka memenuhi kelayakan repayment capacity dan kelayakan usaha dari para penerima program sapat diberikan dalam bentuk pembinaan dan pemberian penjaminan usaha.
Apa dan bagaimana konsep sederhananya akan kami sampaikan pada cukilan tulisan selanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil