Minimalisir Pembabatan Mangrove Liar, BRGM Ajak Petani Kembangkan Tambak Ramah Lingkungan
“Ini fenomena udang intensif, bagaimana pergerakan investor udang atau pemain udang. Ironisnya, mereka menggunakan pola silvofishery dari hutan yang sudah ada, dibuka 20 persen untuk budidaya tambak. Padahal seharusnya silvofishery itu dari lahan bakau yang rusak, lalu ditanam 80 persen mangrove baru budidayanya, “ ujar Coordinator of Wetlands Restoration and Community Development, Eko Budi Priyanto .
“Ketika mangrove rusak mengembalikannya itu susah, caranya cuma satu yaitu menanam kembali, sehingga organik di dalam tanah bisa muncul kembali dan tambak bisa sehat kembali. Tapi kan cukup ironis kalau kita harus menanam lagi, padahal bisa mempertahankannya,” sambungnya.
Guna mengatasi hal tersebut, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengajak para petani agar mengembangkan tambak ramah lingkungan, sehingga pembabatan mangrove secara liar dapat diminimalisir dan ekosistem mangrove dapat terjaga kelestariannya.
“Riau ini merupakan salah satu target provinsi prioritas rehabilitasi mangrove. Oleh karena itu, pembalakan liar harus dicegah dan diberantas. BRGM akan terus berupaya mempercepat penanaman mangrove, agar lahan mangrove yang rusak bisa kembali pulih,” ujar Kepala Kelompok Kerja Kerjasama, Hukum dan Hubungan Masyarakat BRGM, Didy Wurjanto.
“BRGM juga mempunyai program Sekolah Lapang Masyarakat Pengelolaan Mangrove dan Tambak Ramah Lingkungan. Program yang mengedukasi masyarakat tentang ekosistem mangrove dan pengelolaannya yang tidak merusak ekosistem. Jika program ini nantinya bisa diterapkan sepenuhnya oleh masyarakat, maka pembabatan mangrove dapat dihindari,” tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: