Dianggap Bernilai Tinggi, Limbah Glycerine Peach dapat Dimanfaatkan untuk Bahan Campuran Aspal
Salah satu permasalahan yang perlu diselesaikan di industri oleokimia ialah keberadaan glycerine peach yang termasuk sebagai limbah bahan berbahaya beracun (B3). Glycerine peach merupakan limbah atau produk samping yang dihasilkan dari pemurnian glyserol, baik dari biodiesel maupun dari produksi asam lemak.
Dosen Institut Teknologi Bandung, Jenny Rizkiana, mengatakan bahwa produksi biodiesel di Indonesia terus meningkat di tahun 2020 sehingga produksi glyserol mencapai 8,5 juta ton dalam setahun. Ditambah, produksi asam lemak yang mencapai 5 juta ton setahun.
Baca Juga: Implementasi Konsep Green Port, Petrokimia Gresik Sukses Tekan Biaya Operasional
"Ada lebih 1,3 juta ton potensi glyserol yang diproduksi. Nah, ketika memproduksi glyserol untuk menjadi glyserol dengan kemurnian yang tinggi itu dilakuakn proses pemurnian dan di situ akan menghasilkan glycerine peach yang menjadi limbah B3," ujarnya dalam hari kedua Pekan Riset Sawit Indonesia, Kamis (18/11/2021).
Jenny mengatakan, seiring peningkatan glyserol membuat produksi glycerine peach turut meningkat menjadi 80 ribu ton per tahun yang dihasilkan dari industri oleokimia. Sementara, pengelolaan limbah B3 membutuhkan biaya sebesar US$400 per ton.
"Apalagi, bisa menemukan manfaat limbah glycerine peach ini menjadi nilai produk jual akan membalikkan keadaan yang sebelumnya menjadi beban biaya perusahaan," katanya.
Berdasarkan riset yang dilakukan Jenny, glycerine peach yang digunakan sebagai bahan pencampur aspal berawal dari bioaspal yang berbasis pada tar gasifikasi. Glycerine peach yang dinilai memiliki persamaan sifat tar gasifikasi dapat digunakan sebagai bahan pencampur aspal. Selain dapat digunakan untuk bahan pencampur aspal, limbah glycerine peach dinilai memiliki kandungan senyawa lain yang memiliki nilai jual.
"Hasil penelitian ini bisa digunakan bahan pencampur aspal. Kami sudah membuktikan dengan aspal yang dihasilkan masuk standar SNI, perlu penelitian lanjutan terkait ketahanan ekstrem," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: