Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Varian Baru Covid-19 Omicron, Ada Kabar Baik Bagi Indonesia

Soal Varian Baru Covid-19 Omicron, Ada Kabar Baik Bagi Indonesia Warga melintas di depan mural bertema COVID-19 di Kemplayan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (21/2/2021). Berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah, Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro pada periode pertama mampu menurunkan jumlah kasus aktif COVID-19 sekitar 17,27 persen dalam sepekan, untuk itu Pemerintah kembali memperpanjang PPKM mikro selama dua pekan yaitu mulai 23 Februari hingga 8 Maret 2021. | Kredit Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ahli virus Indro Cahyono memaparkan bahwa ada kabar baik baik di tengah kebimbangan dan kekhawatiran masyarakat Indonesia akan varian baru Omicron.

Menurut Indro, setidaknya ada dua hal yang harus diketahui masyarakat yang tengah kebingungan.

Baca Juga: Jeng-jeng! Kasus Omicron Pertama di Jepang Terkonfirmasi Sehari Setelah Pintu Asing Ditutup

Pertama, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Central of Disease and Crisis/CDC) menetapkan Indonesia sebagai zona hijau.

“Artinya, penyebaran sedikit dan kita masih bisa mengatasinya,” ujarnya dalam webinar 'Memahami Covid-19 dan Dinamikanya dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan', Selasa (30/11).

Kedua, Indonesia dianggap sebagai negara pertama dengan penanganan pandemi covid-19 terbaik se-Asia Tenggara.

“Jadi, negara kita sebenarnya bisa mengatasi dan mengendalikan pandemi covid-19,” ungkapnya.

Indro mengatakan bahwa letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa bisa membantu negara ini untuk mengatasi pandemi.

Pasalnya, daerah tropis memiliki paparan sinar matahari yang banyak dibandingkan wilayah lainnya di belahan bumi

“Kita punya indeks sinar UV paling besar sedunia dan bersuhu di kisaran 21 sampai 35 derajat celcius. Sementara itu, virus covid-19 tak bertahan lama di bawah paparan sinar matahari,” katanya.

Indro menegaskan bahwa pernyataannya itu berdasarkan hasil penelitian virus corona di Indonesia.

“Virus corona mengalami kerusakan di bagian spike terluar dan membuatnya tak bisa menginfeksi manusia lagi secara ganas, apalagi jika direndam di air laut itu corona bahkan sudah rusak kulitnya,” tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: