Hal ini menurutnya, tentunya akan menguras energi negara secara besar-besaran. Bahkan, dirinya juga menduga akan adanya ketidakstabilan di tanah air.
"Itu sulit dikenalikan karena begitu banyak pemain yang menganggu presiden terpilih," katanya.
Boni Hargens mengakui bahwa secara teoritis presidential threshold nol persen memang lebih demokratis.
Sebab, menurutnya, penghapusan ambang bataspresiden membuat pemilih punya banyak pilihan sehingga kebebasan menjadi optimal dalam menentukan pemimpin.
"Akan tetapi, untuk konteks di Indonesia, hal itu belum cukup. Karena kita masih berhadapan dengan pergolakan ideologis," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: