Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Deloitte: Masa Keemasan Perdagangan Digital Akan Terjadi Dalam Tiga Tahun Mendatang

Deloitte: Masa Keemasan Perdagangan Digital Akan Terjadi Dalam Tiga Tahun Mendatang Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deloitte merilis laporan “Technology-empowered Digital Trade in Asia Pacific”, yang menyoroti tren terbaru pada perdagangan lintas batas di kawasan ini yang berkembang menjadi semakin terdigitalisasi, semakin ramah lingkungan dan semakin menjamin masa depan yang berkelanjutan, di mana usaha kecil dan mikro memegang peranan penting.

Berdasarkan hasil survei terhadap bisnis yang terlibat dalam perdagangan lintas batas di kawasan Asia Pasifik diketahui bahwa perdagangan digital akan semakin mempercepat peningkatan aktivitas e-commerce lintas batas, pengadopsian gaya hidup digital yang sangat cepat oleh konsumen, pengembangan lebih lanjut dari infrastruktur digital dan penguatan kerja sama regional yang dipimpin oleh Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Masa keemasan perdagangan digital di kawasan ini diharapkan akan terjadi dalam tiga tahun mendatang.

“COVID-19, perkembangan teknologi digital, dan peningkatan kerja sama regional mempercepat pembentukan perdagangan digital di kawasan Asia Pasifik. Perdagangan digital hadir dengan peluang pengembangan baru. RCEP akan mempromosikan kerja sama regional dan memfasilitasi perdagangan digital regional,” ujar Taylor Lam, Vice Chairman dan Technology, Media & Telecommunications Industry Leader di Deloitte China dalam siaran persnya (14/12).

 “Teknologi digital memungkinkan seller global berpartisipasi dalam perdagangan global tanpa ada hambatan,” tambah Gary Wu, Deloitte Global Lead Client Service Partner.9 ”Perbaikan infrastruktur digital yang berkelanjutan akan secara efektif menyelesaikan dua kendala utama yang memengaruhi perdagangan lintas batas, yakni logistik dan pembayaran. Teknologi blockchain juga menciptakan ruang imajinasi baru untuk perdagangan digital.”

Pengembangan dan kematangan perdagangan digital di negara dengan perekonomian besar di kawasan ini dinilai dari dua dimensi, e-commerce lintas batas (60%) dan digitalisasi (40%). Berdasarkan evaluasi ini, market-market di Asia Pasifik bisa dibagi menjadi: 

Mature market: China, Korea Selatan, Singapura dan Jepang; 

Developing market: Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Filipina;

Early-stage market: Myanmar, Kamboja, Laos, dan Brunei Darussalam.

Indonesia sendiri memiliki e-commerce berskala besar dengan potensi luar biasa dalam e-commerce lintas batas. Total besaran market e-commerce di Indonesia mencapai US$43,351 miliar pada tahun 2021 dibandingkan market e-commerce di China, atau tepat di belakang Korea Selatan yang merupakan negara terbesar ketiga di RCEP. Sementara itu, proporsi skala konsumsi e-commerce lintas batas di Indonesia mencapai US$17,34 miliar, yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Developing markets lain dan berada tepat di belakang China, salah satu Mature markets di antara negara-negara RCEP.

Bonus demografi, tingkat penetrasi internet, dan kebiasaan konsumen menciptakan potensi besar untuk mengembangkan e-commerce serta e-commerce lintas batas di Indonesia. E-commerce sosial juga berkembang pesat, dan konsumen gemar berdagang di media sosial. Konsumen Indonesia suka membeli produk yang terjangkau, dan rata-rata transaksinya adalah US$36, jauh lebih rendah dari Malaysia (US$54) dan Singapura (US$91). Pengguna juga lebih memilih platform e-commerce dalam bahasa lokal, yang sangat mempengaruhi pengalaman berbelanja mereka.

Dengan bantuan platform digital, wirausaha dan usaha kecil telah menjadi micro-multinational enterprise (mMNE) karena mereka terlibat dalam e-commerce lintas batas di seluruh market global.

Mereka menyediakan “produk buatan lokal” yang beragam dan layanan kustomisasi untuk pembeli global, dan berkontribusi pada lebih dari 85% aktivitas e-commerce lintas batas di Asia Pasifik.

Begutu jugga tingkat penetrasi digitalisasi pembayaran mencapai 55% dan 53% untuk digitalisasi penjualan. Pada Mature market lebih banyak mengadopsi teknologi digital di bidang pembayaran, penjualan dan logistik. Sementara pada developing market, tingkat digitalisasi di bidang produksi dan perdagangan lebih tinggi.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi

Bagikan Artikel: