Untuk menghindari PBNU terbelah menjadi tiga (pasca muktamar NU Lampung), maka persoalan pemilihan ketua Umum jangan diserahkan kepada PCNU dan PWNU secara langsung atau voting. Lebih baik, dan lebih maslahah memilih metode pemilihan dengan cara AHWA atau PCNU dan PWNU memilih para kyai sepuh untuk menjadi anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA).
Dan para kyai sepuh inilah yang akan memilih ketua umum PBNU. Dan hal ini bisa menghindari Politik uang, pengaruh politisi busuk, dan mengindari PBNU terbelah berkeping keping menjadi 3 PBNU.
Kemudian, yang harus ingat, komposisi anggota AHWA tidak boleh memasukkan Kyai Ma'ruf Amin sebagai apapun dalam AHWA. Kalau kyai Ma'ruf Amin ikut sebagai AHWA, ini sama saja, pemerintah ikut campur dalam urusan internal NU.
Dan terakhir, para kyai sepuh akan rapat, dan milih ketua umum PBNU dengan kriteria calon sebagai berikut: pertama tokoh nasional, kedua, punya jaringan luas baik secara nasional dan internasional, dan ketiga dihormati dan disegani oleh para kyai dan tokoh tokoh NU.
Bila mengacu kepada kriteria AHWA seperti diatas, maka tokoh yang sedang muncul saat ini, salah satunya adalah kyai As'ad Said Ali.
Di mana kemunculan kyai As'ad Said Ali bisa menyatukan kembali NU, yang saat ini sedang menuju perpecahan, bukan perpecahaan karena perbedaan wacana, tapi perpecahaan konflik fisik yang sangat membahayakan pemerintahan Jokowi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat