Kejar Israel, Jerman Siap-siap Gulirkan Program Vaksin Covid-19 Dosis Keempat
Kejar Israel, Jerman juga baru saja mengusulkan pemberian dosis keempat vaksin Covid-19 untuk warganya. Usulan itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan Jerman, Karl Lauterbach pada Rabu (22/12), dengan menyebut bahwa dosis keempat akan sangat diperlukan untuk menghentikan penyebaran Omicron yang lebih menular.
Lauterbach mengonfirmasi bahwa Jerman telah memesan 80 juta dosis vaksin buatan BioNTech yang secara khusus menargetkan Omicron. Menurut prediksinya, dosis BioNTech ini nantinya akan tiba pada bulan April atau Mei 2022.
Baca Juga: Israel Mungkin Negara Pertama yang Menyuntikkan 4 Dosis Vaksin ke Warganya
Kemudian, dikatakan pula bahwa Jerman ikut memesan 4 juta dosis vaksin Novavax dan 11 juta dosis Valneva, vaksin baru dari Prancis yang menunggu izin pemasaran. Kata Lauterbach, Novavax akan tiba di Jerman pada Januari mendatang.
Lauterbach sendiri telah memerintahkan pusat vaksinasi untuk tetap buka selama periode liburan.
"Kampanye suntikan booster adalah benteng terpenting kita dalam perang melawan Omicron."
"Setelah suntikan booster, tingkat perlindungan terhadap gejala Covid-19 parah adalah sangat tinggi. Saya akan memperkirakan keefektifannya mencapai lebih dari 90 persen," ungkap Lauterbach sambil mengatakan bahwa tanpa mandat vaksin, tidak mungkin untuk mengelola gelombang infeksi yang akan datang dalam jangka panjang.
Susul Israel, Jerman Ikut Usulkan Dosis Keempat Vaksin Covid-19 untuk Tangani Omicron - Foto 1
Kekhawatiran soal Omicron juga telah disampaikan oleh Lothar Wieler, presiden Institut Robert Koch Jerman (RKI) untuk penyakit menular. Menurutnya, omicron diprediksi akan bertanggung jawab atas sebagian besar infeksi virus corona di Jerman dalam waktu tiga minggu. Terlebih, karena dalam waktu tiga hari saja, kasus Omicron sudah melonjak hingga dua kali lipat.
"Natal seharusnya tidak menjadi percikan yang memulai kobaran api Omicron."
"Trennya sangat jelas. Dalam waktu sekitar tiga, kasusnya mencapai dua kali lipat. Kasus varian ini akan menjadi yang paling dominan di seluruh negeri dalam satu, dua, atau paling lambat tiga minggu," kata Wieler selama konferensi pers, menambahkan bahwa warga harus bisa membatasi kontak seminimal mungkin.
Sementara itu, pada hari Selasa (21/12), para pejabat Jerman sepakat untuk memberlakukan sejumlah pembatasan sosial. Di antaranya termasuk batasan untuk pertemuan pribadi, penutupan klub malam dan diskotik, hingga larangan menonton langsung di pertandingan sepak bola mulai 28 Desember.
Pada Rabu, Jerman melaporkan 45.659 kasus virus corona baru. Angka itu 5.642 lebih sedikit dari seminggu yang lalu. Kendati demikian, pada Rabu itu, jumlah kematian Covid-19 naik sebanyak 510 kasus.
Worldometers mengungkap bahwa sampai Kamis (23/12) ini, jumlah keseluruhan infeksi di Jerman telah menembus hingga lebih dari 6,9 juta kasus. Sedangkan jumlah kematian total untuk Covid-19 telah mencapai 110.234 kasus.
Seperti diwartakan Daily Mail, omicron sudah menjadi varian dominan dari kasus virus corona di Inggris, Skotlandia, dan Amerika Serikat. Sedangkan di Jerman, gelombang infeksi yang dipicu delta yang dominan sedang surut perlahan. Namun, para pejabat di sana mengatakan tingkat kasusnya masih terlalu tinggi.
Saat ini, vaksin Moderna menjadi andalan kampanye untuk suntikan booster, dan Jerman juga menggunakan vaksin BioNTech-Pfizer.
Jerman memiliki populasi 83 juta jiwa, dan sejauh ini, 70,5 persen dari penduduknya telah menerima putaran pertama vaksin dosis penuh. Namun, persentase tersebut belum memuaskan para pejabat lantaran target sebelumnya paling tidak adalah 75 persen dari populasi.
Kendati demikian, ada perkembangan yang sangat pesat dalam hal suntikan booster. Diketahui, sampai saat ini, Jerman setidaknya telah berhasil memberikan suntikan booster kepada 33,6 persen populasi. Digadang-gadang menjadi laju vaksinasi tercepat selama pandemi, Jerman mampu mendistribusikan rata-rata 1,1 juta suntikan booster per hari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: