Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Evolusi Marketing Giring Coca-Cola Menjadi Raksasa Minuman Ringan

Kisah Perusahaan Raksasa: Evolusi Marketing Giring Coca-Cola Menjadi Raksasa Minuman Ringan Kredit Foto: Reuters/Lucy Nicholson
Warta Ekonomi, Jakarta -

The Coca-Cola Company adalah perusahaan raksasa minuman ringan (soft drink) dari Amerika Serikat. Kepopulerannya tidak main-main, sebab status ini pulalah yang membawa perusahaan minuman multinasional ini mendapat titel perusahaan raksasa dari Fortune Global 500.

Coca-cola menjadi begitup populer di akhir abad ke-20. Pasar global pun dikuasainya selama beberapa dekade sebelum tumbuh dan kembangnya banyak perusahaan berbasis produk daring (online).

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Meiji Yasuda, Asuransi Jiwa Jepang Tumbuh Besar Usai Merger

Dikutip laman Fortune, pendapatan Coca-Cola naik sekitar 17 persen dari 2019 dengan kini tercatat di angka 37,26 miliar dolar AS tahun 2020. Bukan cuma itu, keuntungannya meroket sekitar 39 persen sehingga laba tahunan Coca-Cola menyentuh 8,92 miliar dolar. 

Di tengah situasi dunia dilanda pandemi Covid-19, Coca-Cola justru semakin kokoh. Peringkatnya dalam daftar rilisan Fortune naik 60 poin. Kini total asetnya di tahun 2020 mencapai 86,38 miliar dolar.

Meski demikian, bagaimana bisnis Coca-Cola dimulai? Dikutip laman Success Story, Investopedia, Data Driven Investor, berikut kisah perusahaan raksasa itu dimulai oleh seorang apoteker bernama John Stith Pemberton. 

Pemberton pada 1886 pada awalnya membuat paten sebagai produk minuman obat yang dijual di sebuah apotek di Atlanta, Georgia. Pasalnya saat itu di AS diyakini bahwa air berkarbonasi baik untuk kesehatan sehingga Pemberton mengklaim minuman barunya sebagai obat untuk banyak penyakit. 

Itu sebenarnya berasal dari dua bahan asli yakni daun coca dan kacang kola (sumber kafein). Karena diklaim sebagai obat, dua bahan ini diyakini bisa menyembuhkan kecanduan morfin, gangguan pencernaan, gangguan saraf, sakit kepala, dan impotensi. 

Di samping itu, di tahun-tahun awal, Pemberton memakai strategi khusus untuk memasarkan produknya. Ia menggunakan kupon untuk minuman gratis dengan tujuan meningkatkan minat pada produknya. 

Di tahun 1892, pemasar Asa Candler menyelesaikan pembelian Coca-Cola dari Pemberton. Usai dikuasainya, Candler menganggarkan sekitar 11.000 dolar untuk iklan. Dia menggunakan barang-barang seperti kalender, guci soda, tanda dinding yang dicat, serbet, pensil, dan jam untuk mengiklankan Coca-Cola.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: