Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngeri! 30 Orang Tewas Dibakar Junta Myanmar di Hari Natal

Ngeri! 30 Orang Tewas Dibakar Junta Myanmar di Hari Natal Kredit Foto: Akurat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lebih dari 30 orang, termasuk wanita dan anak-anak, tewas dan tubuh mereka dibakar di negara bagian Kayah yang dilanda konflik Myanmar. Menurut penduduk setempat, laporan media, dan kelompok hak asasi manusia, insiden itu terjadi menjelang perayaan Natal, Jumat (24/12).

Kelompok Hak Asasi Manusia Karenni mengaku telah menemukan jenazah orang-orang terlantar yang terbakar. Para korban itu ditemukan di dekat desa Mo So di kota Hpruso pada Sabtu (25/12). Menurut Karenni, para korban yang hangus terbakar termasuk orang tua, wanita, dan anak-anak. Mereka dikatakan tewas usai dihabisi junta yang berkuasa di Myanmar.

Baca Juga: PM Kamboja Hun Sen Tunggangi ASEAN tapi Rangkul Junta Myanmar

"Kami sangat mengecam pembunuhan tidak manusiawi dan brutal ini, yang melanggar hak asasi manusia," kata kelompok itu dalam sebuah posting Facebook.

Media pemerintah juga sudah mengonfirmasi bahwa junta mengaku telah menembak dan membunuh sejumlah 'teroris yang bersenjata'. Media pemerintah sendiri tidak menyebut secara jelas berapa jumlah yang ditembak militer tersebut. Mereka hanya mengeklaim bahwa orang-orang yang ditembak junta berasal dari angkatan bersenjata oposisi di desa itu.

"Orang-orang itu berada di dalam tujuh kendaraan dan tidak mau berhenti untuk militer," kata media tersebut dalam laporannya.

Militer Myanmar tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar. Foto-foto yang dibagikan oleh kelompok hak asasi manusia dan media lokal, menunjukkan sisa-sisa tubuh hangus di truk yang terbakar. Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF) menjadi salah satu dari beberapa milisi sipil terbesar yang menentang junta sejak kudeta. Berbeda dengan keterangan media pemerintah, KNDF mengatakan bahwa yang tewas bukanlah anggota mereka, tetapi warga sipil yang mencari perlindungan dari konflik.

"Kami sangat terkejut melihat semua mayat dengan ukuran tubuh yang berbeda, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua," kata seorang komandan dari kelompok itu mengatakan kepada Reuters. Ia yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Kesaksian serupa ikut diungkap oleh seorang warga setempat. Saksi yang juga meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengaku mengetahui kebakaran pada Jumat malam. Saksi ini mengatakan tidak bisa pergi ke lokasi kejadian karena ada penembakan.

"Saya pergi dan melihatnya pagi ini. Saya menyaksikan mayat-mayat yang telah dibakar, dan juga pakaian anak-anak dan wanita berserakan," katanya kepada Reuters melalui telepon.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Hampir 11 bulan usai kudeta itu, junta mengeklaim kecurangan dalam pemilihan November 2020 yang dimenangkan partai Suu Kyi, Liga Demokrasi Nasional (NLD). Namun diketahui, sejak pemilu diselengarakan, banyak pengamat internasional mengatakan bahwa pemungutan suara dilakukan secara adil.

Kudeta dari militer itu kemudian berhasil memantik amarah warga sipil. Selama berbulan-bulan, ribuan warga menyerukan kembalinya demokrasi melalui aksi pembangkangan sipil. Akan tetapi, demonstrasi damai di Myanmar akhirnya hanya dibalas dengan tindakan keras dari junta, di mana warga yang tidak bersalah akhirnya meregang nyawa. Ribuan warga telah mati dan ditangkapi, memicu munculnya banyak kekuatan perlawanan lokal di seluruh negeri.

Tak mau mengalah, militer makin menantang lawan-lawannya, menyebut mereka pengkhianat atau teroris. Di antara yang dicap teroris itu bahkan termasuk Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang dibentuk oleh politisi NLD, aktivis, hingga perwakilan kelompok etnis minoritas. NUG telah memproklamasikan diri sebagai pemerintahan yang diasingkan dan berusaha melobi komunitas internasional demi mencegah junta mengonsolidasikan kekuasaan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: