Seperti dikutip kantor berita Antara dari data panel harga pangan laman Logistik Pangan Kementerian Pertanian, rata-rata harga cabe rawit merah rata-rata masih Rp 85. 000 per kg, jauh dari HET yaitu Rp 32.000 per kg. Bahkan di sejumlah daerah seperti Kalimantan Barat harga cabe rawit masih berada di Rp 123.450 per kg.
Harga minyak goreng kemasan sederhana per 3 Januari 2022 rata-rata berada di kisaran Rp 19.000 per liter di seluruh provinsi Indonesia. Harga ini 25% lebih tinggi di atas HET sebesar Rp 11.000 per liter. Kenaikan harga minyak goreng kemasan sudah terjadi sejak pertengahan tahun 2021 menyusul naiknya harga minyak sawit mentah atau CPO di tingkat global.
Selain itu, harga telur juga masih 10%-20% di atas HET. Secara nasional rata-rata telur saat ini berada di Rp30.000 per kg. Bahkan di sejumlah daerah seperti Nusa Tenggara Timur harga komoditas ini masih sangat tinggi Rp 36.480 per kg.
Menurut Gobel, meskipun kenaikan harga-harga ini bisa diartikan sebagai indikator meningkatnya permintaan akibat membaiknya perekonomian, namun trend yang tengah berlangsung juga mengindikasikan masalah di sektor suplai. Kenaikan harga tidak bisa hanya dilihat dari meningkatnya permintaan, tapi juga karena ada masalah di sisi suplai atau distribusi. Kalau kenaikan harga akibat peningkatan permintaan pada akhir tahun, kenaikan harga normalnya sekitar 10%-15% dan ini berlangsung dalam waktu yang singkat.
“Kalau dilihat dari data, kenaikan harga komoditas pangan dan minuman sudah jauh sekali dari HET dan sudah berlangsung cukup lama, sekitar 2 bulan bahkan lebih,” katanya.
Ia juga mengingatkan, tiga bulan mendatang masyarakat juga akan merayakan hari besar keagamaan yaitu puasa Ramadhan dan Idul Fitri. Jika kenaikan harga saat ini tidak bisa segera dikendalikan, bisa dibayangkan harga komiditas pangan akan semakin melejit dan ini tentu semakin memberatkan masyarakat, terutama yang berpenghasilan tetap seperti karyawan dan pegawai negeri sipil.
“Kenaikan upah tahun ini kan tidak besar, kalau harga-harga bahan pokok tidak turun-turun, tentu akan memberatkan masyarakat pekerja,” ujarnya. Selain itu, katanya, kenaikan harga-harga kebutuhan sehari-hari juga bisa dimanfaatkan Sebagian orang untuk melakukan impor. “Padahal intinya pada masalah koordinasi dan kemauan para pemangku kepentingan untuk bekerja lebih baik lagi,” kata Gobel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: