Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertumbuhan Industri Oleokimia Melalui Ekosistem Hilirisasi Sawit

Pertumbuhan Industri Oleokimia Melalui Ekosistem Hilirisasi Sawit Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun. | Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia merupakan salah satu negara produsen oleokimia terbesar dunia. Secara umum, oleokimia merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari lemak dan minyak baik bersumber dari tumbuhan maupun hewan.

"Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, kapasitas produksi dan realisasi produksi oleokimia menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan," catat laporan PASPI Monitor.

Baca Juga: Sawit Mampu Mengatasi Masalah Emisi Karbon Global

Pertumbuhan industri oleokimia tersebut tidak dapat terlepas dari ekosistem hilirisasi sawit yang dibangun Pemerintah Indonesia sejak tahun 2011. Dua kebijakan hilirisasi yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan industri oleokimia sawit di dalam negeri ialah kebijakan pajak ekspor dan kebijakan hilirisasi khususnya mandatori B30.

Dalam laporan PASPI, kebijakan ekspor yang progresif dan komprehensif dengan instrumen export levy dan export duty pada minyak sawit dan produk turunan yang diberlakukan dengan tingkat tarif yang makin besar untuk produk hulu dan tarif yang makin rendah untuk produk hilir. Kebijakan tersebut telah memberi insentif ganda bagi pertumbuhan industri oleokimia.

"Insentif ganda yang dimaksud adalah kepastian dan ketersediaan bahan baku industri oleokimia domestik berupa minyak sawit (CPO dan CPKO) yang makin murah," catat laporan PASPI Monitor.

Selain itu, kebijakan tersebut juga memberi insentif untuk memperdalam industri oleokimia di dalam negeri sebelum diekspor. Artinya, insentif untuk mengekspor produk hilir sawit lebih besar dibandingkan jika hanya mengekspor produk hulu (CPO/CPKO).

Sementara itu, kebijakan hilirisasi terutama kebijakan mandatori B30 juga memberi insentif bagi industri methyl ester atau biodiesel berupa terjaminnya pasar domestik yang besar.

"Industri oleokimia juga memiliki prospek yang besar sebagai substitusi petrokimia baik dalam konteks strategi substitusi impor maupun promosi ekspor. Strategi tersebut memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan ekologi baik bagi Indonesia maupun bagi masyarakat dunia," catat laporan PASPI Monitor.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: