Sebab, lanjut Almanzo, secara eksistensial Partai Golkar ada, namun tak lagi mampu menjadi pendulum dan inersial dalam pentas kepemimpinan bangsa.
“Karena lemahnya kepemimpinan partai dalam menjalankan kerja-kerja politik yang dapatdirasakan langsung oleh rakyat. Semua menjadi tersumbat akibat kerja partai yang sering terjebak dalam ruang seremonial semata, wajar bila Golkar semakin sulit meraih simpati publik,” tuturnya.
Karena itu, Almanzo menyarankan, kondisi ini harus menjadi alarm yang serius bagi semua kader partai bahwa saat ini ada anomali dalam pengelolaan partai.
Mestinya dengan modal politik dan infrastrukur yang dimiliki oleh partai Golkar saat ini, harusnya mampu menunjang elektetabilitas Airlangga Hartarto selaku calon presiden yang diusung oleh Partai Golkar, dan tidak boleh kalah dengan capres lain, apalagi dengan capres yang tidak memiliki infrastruktur partai.
“Saya kira kita jangan lagi mendaur ulang kesalahan Partai Golkar pada pemilu 2014 lalu. Mangan sampai terbebani elektabilitas Ketum, bisa membuat Golkar menjadi partai Gagal di 2024. Karena itu elite partai harus objektif dan bijaksana dalam mengambil kebijakan strategis bagi partai,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat