Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasien Dirawat di RS Masih 26,3% dari Total Kapasitas, Layanan Kesehatan Terus Diperkuat

Pasien Dirawat di RS Masih 26,3% dari Total Kapasitas, Layanan Kesehatan Terus Diperkuat Kredit Foto: Djati Waluyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hingga Rabu (9/2) pukul 16.30 WIB, total pasien dirawat di rumah sakit nasional mencapai 26,3%. Sampai sejauh ini pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit masih terkendali dibanding kenaikan kasus harian yang naik menjadi 46.843 hari ini.

Proses pemeriksaan spesimen terus ditingkatkan sebagai salah satu langkah pencegahan dengan jumlah spesimen yang diperiksa kemarin (8/2) mencapai 454.919, jauh meningkat dibandingkan jumlah spesimen yang diperiksa pada Senin (7/2) yang mencapai 285.789. Di hari yang sama, Selasa (8/2), DKI Jakarta mencatat penurunan kasus konfirmasi menjadi 11.808 dibandingkan jumlah konfirmasi sebelumnya yang pernah melewati puncak Delta 15.825 (6/2).

Baca Juga: Kasus Covid Naik, Siap-Siap Anies Bakal Tarik Rem Darurat

Meskipun jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit masih terkendali, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terus memperkuat fasilitas layanan kesehatan agar lebih optimal menghadapi kenaikan kasus yang diperkirakan akan terus terjadi 2-3 minggu ke depan. Fasilitas layanan kesehatan menjadi krusial di masa kenaikan kasus demi meminimalisasi risiko terberat yang dihadapi pasien Covid-19 utamanya yang menderita gejala sedang, berat, kritis, dan pasien dengan komorbid serta belum divaksinasi.

"Saat ini kesiapan layanan kesehatan nasional masih terkendali jika dibandingkan dengan kasus konfirmasi harian. Ini membuktikan sejauh ini strategi kita masih bisa berjalan efektif dan efisien dalam penanganan pasien. Kami terus mengimbau agar masyarakat yang dirawat di rumah sakit hanya untuk pasien bergejala sedang hingga berat atau kritis, maupun yang memiliki komorbid dan belum divaksinasi," ujar dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (9/2/2022).

Untuk mengendalikan kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia, Kemenkes telah memperkuat beberapa layanan kesehatan penting. Pertama meningkatkan aktivitas testing dan tracing untuk mencegah infeksi virus Covid-19 lebih luas. Kemudian, menyiapkan penginapan tenaga kesehatan bekerja sama dengan Kemenparekraf untuk menyediakan asrama hotel terpusat bagi tenaga kesehatan.

"Tenaga kesehatan kita perlu mendapatkan perlindungan dari terinfeksi Covid-19. Kita harus menata alur mobilisasi yang terpusat bagi tenaga kesehatan kita agar meminimalisasi risiko terinfeksi dan sakit, serta melindungi keluarga mereka dari paparan yang tinggi dari virus," tambah dr. Nadia.

Hal lain untuk mendukung optimalnya sistem pelayanan kesehatan nasional adalah memenuhi kebutuhan obat-obatan, oksigen, serta menjamin keamanan dan kesehatan tenaga kesehatan yang berisiko tinggi terpapar virus.

"Kebutuhan obat di 34 Provinsi sudah mencukupi, Favipiravir, Remdesivir, tocilizumab 400mg/20ml, multivitamin, IVIg 5%/50ml total 4.958.599, sedangkan stoknya mencapai 23.663.526. Sementara, ketersediaan oksigen di 20 Kabupaten/Kota besar di Jawa-Bali mencukupi rata-rata kebutuhan hingga lebih dari 48 jam," jelas dr. Nadia lebih lanjut.

Tentunya dukungan masyarakat sangat dibutuhkan dalam masa-masa seperti ini dengan menekan jumlah konfirmasi kasus harian. Masyarakat bisa berpartisipasi dengan cara melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah apabila terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala. Apabila tidak memungkinkan isoman, isolasi terpusat bisa dilakukan di tempat-tempat yang sudah disediakan pemerintah.

"Masyarakat terus kami imbau untuk memperketat protokol kesehatan dan segera melengkapi vaksinasi untuk memperkecil peluang dirawat dengan gejala berat hingga kritis akibat terinfeksi Covid-19. Vaksinasi sudah terbukti efektif memperkecil risiko kesakitan dan kematian akibat Covid-19 karena data yang kami peroleh, sebagian besar pasien berat dan kematian disebabkan pasien belum memperoleh vaksinasi lengkap," tutup dr. Nadia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: