Skenario Terburuk Disiapkan Indonesia Sebelum Ukraina Berubah Jadi Medan Perang Mengerikan
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengutuk keras serangan Rusia ke Ukraina. Serangan itu membahayakan warga sipil dalam skala luas. Tindakan Rusia dinilai pelanggaran berat hukum internasional serta ancaman serius bagi keamanan Eropa-Atlantik.
“Saya menyerukan Rusia untuk segera menghentikan aksi militernya dan menghormati kedaulatan serta integritas wilayah Ukraina,” ujar dia.
Baca Juga: Dahsyatnya Perang Rusia-Ukraina, Harga Emas Meroket Drastis sampai Rp30.000 per Gram!
Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Australia, Kanada, dan Jepang sudah merespons langkah Putin dengan memberikan sanksi pada bank-bank dan elite Rusia. Sementara Jerman menghentikan proyek pipa gas dari Rusia.
Korea Selatan turut bereaksi atas langkah Rusia menyerang Ukraina. Negeri Ginseng memutuskan untuk bergabung dengan Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Moskow. “Kedaulatan, integritas teritorial, dan kemerdekaan Ukraina harus dijamin,” kata Presiden Korsel Moon Jae-in.
Moon menyebut serangan Rusia ke Ukraina sebagai invasi bersenjata. Menurutnya, penggunaan kekuatan yang menyebabkan kerugian bagi warga tak bersalah tak bisa dibenarkan dalam keadaan apa pun. “Korsel akan mendukung dan berpartisipasi dalam upaya masyarakat internasional, termasuk sanksi ekonomi,” ujar dia.
Tiga negara Amerika Latin, yakni Venezuela, Kuba, dan Nikaragua menyuarakan dukungan terhadap Rusia. Mereka membela Moskow mempertahankan keamanan wilayahnya.
“Venezuela mengumumkan dukungan penuh kepada Presiden Vladimir Putin dalam membela perdamaian Rusia. Venezuela bersama Putin, dengan Rusia, dengan perjuangan dunia yang berani dan adil, dan kami akan semakin memperkuat aliansi kami,” kata Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Pemerintah Kuba pun menyampaikan dukungan terhadap Rusia. Ia secara khusus menyoroti sikap AS yang gencar mengembuskan rumor bahwa Rusia akan menginvasi Ukraina. Havana menilai Washington telah memanipulasi komunitas internasional.
“AS telah memasok senjata dan teknologi militer, mengerahkan pasukan di beberapa negara di kawasan (Rusia-Ukraina) itu, menerapkan sanksi sepihak dan tidak adil serta mengancam pembalasan lainnya. Secara paralel, AS melepaskan kampanye propaganda anti-Rusia,” kata Kementerian Luar Negeri Kuba.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto