Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Deretan Negara Eks Uni Soviet yang Bergabung dengan NATO, Ukraina Terlambat?

Deretan Negara Eks Uni Soviet yang Bergabung dengan NATO, Ukraina Terlambat? Kredit Foto: Reuters/Yves Herman
Warta Ekonomi, Brussels -

Organisasi Perjanjian Atlantik Utara, dibentuk pada 1949 dengan tujuan utama mencegah ancaman ekspansi Soviet di Eropa setelah Perang Dunia II. Setelah itu, Amerika Serikat (AS) memandangnya sebagai alat untuk mencegah kebangkitan tendensi nasionalis di Eropa dan untuk mendorong integrasi politik di benua tersebut.

Pada intinya, organisasi ini berperan sebagai aliansi keamanan kolektif dengan tujuan memberikan pertahanan bersama melalui sarana militer dan politik jika negara anggotanya terancam oleh negara eksternal.

Baca Juga: Seperti Devaju Awal Perang Rusia-Ukraina, Pasukan Respons NATO Tiba di Ukraina

Akibat kebuntuan konflik perbatasan antara Rusia dan Ukraina, Ukraina semakin berambisi bergabung dengan aliansi ini. Namun, bagi Rusia, gagasan itu merupakan 'garis merah'.

Di sisi lain, setelah hancurnya Uni Soviet, ada sejumlah bekas anggotanya yang kemudian merapat ke NATO. Aliansi ini juga berisi belasan bekas anggota Pakta Warsawa yang dulu dibentuk untuk menandingi NATO.

Dihimpun AKURAT.CO dari berbagai sumber ini deretan negara bekas Uni Soviet dan Pakta Warsawa yang kini bergabung dengan NATO.

1. Estonia

Perjalanan Estonia menjadi anggota NATO sebenarnya dimulai pada 1990 ketika Lennart Meri menjadi menteri luar negeri. Tim kementerian luar negeri pada waktu itu bersikeras Estonia harus menjadi milik Barat dalam segala hal, tetapi tak disebutkan NATO.

Sejak saat itu, negara ini aktif berpartisipasi dalam pertemuan global yang melibatkan NATO untuk membuka jalan menjadi anggotanya.

Pada April 1999, bertepatan dengan peringatan 50 tahun NATO, Estonia diakui sebagai kandidat anggota. Namun, ia baru berhasil masuk menjadi anggotanya pada 2004.

"Keanggotaan Uni Eropa dan NATO telah meningkatkan keamanan kami secara signifikan di tingkat global. Namun, bukan berarti kita hanya bisa duduk, bersantai, dan menikmati status yang diberikan atas keanggotaan organisasi tersebut, tanpa menawarkan kontribusi kita. Menjadi anggota masyarakat internasional yang setara membutuhkan partisipasi dalam manajemen krisis internasional dan dalam memastikan perdamaian di arena internasional," bunyi pernyataan Estonia di laman Asosiasi Perjanjian Atlantik Estonia. 

2. Latvia

Tak lama setelah mendapatkan kembali kemerdekaan, Latvia meluncurkan pengembangan sistem pertahanannya dan kerja sama dengan NATO dimulai. NATO pun mendirikan Dewan Kerja Sama Atlantik Utara (NACC) pada 20 Desember 1991 untuk berkolaborasi dengan mitra potensial. Latvia juga berpartisipasi dalam kegiatan NACC, sehingga menjadi negara anggota forum tersebut.

Pada tahun-tahun berikutnya, kerja sama Latvia dengan NATO semakin intens. Pada 21 November 2002, dalam pertemuan para pemimpin NATO di Praha, Latvia dan 7 negara kandidat lainnya diundang untuk bergabung dengan NATO. Ini menandai awal dari tahap terakhir bagi Latvia untuk menjadi negara anggota NATO. Negara itu akhirnya resmi menjadi anggota pada 2004.

"Ketika Latvia mencapai keanggotaan penuh NATO pada 2004, secara mengejutkan, negara Baltik ini memiliki sistem militer yang berfungsi dengan baik dan kekuatan militer yang dikerahkan dalam konflik bersenjata internasional. Ketika Latvia bergabung dengan NATO, pertahanan militernya menjadi salah satu yang paling modern di Eropa. Pada 2004, kedudukan tentara Latvia dan urusan militernya di masyaarakat telah meningkat secara signifikan. Sebagian besar warga Latvia sangat mendukung keanggotaan NATO," tulis Esther Bartl dari Latvian Institute of International Affairs.

3. Lituania

Serupa dengan Estonia dan Latvia, Lituania resmi menjadi anggota NATO pada 2004. Namun, upaya kerja samanya telah dijalin sejak 1991.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, terjadi kunjungan tak resmi delegasi Lituania ke markas NATO. Karena pengaturan pertemuan resmi tak memungkinkan saat itu, Misi Denmark di NATO menjadi mediator kunjungan delegasi Lituania.

Bersama Latvia dan Estonia, Lituania lantas bergabung dengan NACC pada Desember 1991. Sejak saat itu, negara ini aktif bekerja sama dengan misi NATO. Pada 1999, negara ini daukan sebagai kandidat anggota NATO hingga resmi bergabung pada 2004.

"Lituania memandang NATO sebagai alat keamanan terbaik. NATO telah membuktikan efisiensinya selama Perang Dingin dan telah menunjukkan potensinya untuk beradaptasi dengan keadaan saat ini. NATO bukanlah perisai maupun senjata untuk melawan target tertentu, melainkan jaminan keamanan dari segala ancaman, termasuk ancaman internal. Aspirasi keanggotaan NATO telah mendorong reformasi di Eropa Tengah, terutama yang berkaitan dengan kontrol sipil militer, meningkatkan hubungan bertetangga, melindungi hak-hak minoritas, dan mengamankan investasi di daerah tersebut. Asumsinya, jika dikelola dengan baik, perluasan NATO akan memperluas zona stabilitas dan kemakmuran ke arah timur," tulis Oskaras Jusys di Fordham International Law Journal.

4. 11 negara bekas anggota Pakta Warsawa

Sebagai reaksi atas integrasi Jerman Barat ke dalam NATO, Uni Soviet dan 7 republik sosialis Blok Timur di Eropa Tengah dan Timur membentuk Organisasi Traktat Warsawa (WTO) yang lebih dikenal sebagai Pakta Warsawa pada Mei 1955 selama Perang Dingin.

Didominasi oleh Uni Soviet, Pakta Warsawa didirikan sebagai penyeimbang NATO. NATO dan Pakta Warsawa pun sama-sama menyebabkan perluasan kekuatan militer dan integrasi mereka ke dalam masing-masing blok.

Namun, pakta tersebut mulai terurai dengan menyebarnya Revolusi 1989 melalui Blok Timur. Para mantan pendukung Uni Soviet ini bahkan kemudian berganti haluan dengan bergabung dengan NATO.

Terhitung ada 11 negara yang kini menjadi anggota NATO. Polandia, Republik Ceko, dan Hungaria menjadi 'mantan' pertama yang beralih ke NATO pada 1999. Bersamaan dengan masuknya Estonia, Latvia, dan Lithuania yang merupakan bekas Uni Soviet, Bulgaria dan Rumania yang bergabung dengan NATO pada 2004.

Albania yang mundur dari Pakta Warsawa tahun 1968 lantas beralih ke NATO pada 2009. Sisanya adalah negara-negara pecahan Yugoslavia. Slowakia dan Slovenia bergabung dengan NATO pada 2004, sedangkan Kroasia pada 2009. Montenegro pun menyusul pada 2017 dan terakhir Macedonia Utara pada 2020.

Dengan menjadi anggota NATO, bekas anggota Uni Soviet ini dan mantan anggota Pakta Warsawa yang dulu mendukung Soviet kini mendapatkan perlindungan dari AS dan sekutu Baratnya.

Soal kemungkinan keanggotaan Ukraina, NATO sendiri menerapkan kebijakan pintu terbuka. Artinya, negara Eropa mana pun dapat bergabung, asalkan mampu meningkatkan dan berkontribusi untuk keamanan kawasan Atlantik Utara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: