Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dampak Pelonggaran PPKM Luar Biasa, Sampai Perusahaan Ritel Lippo Grup Bisa Lepas dari Jerat Rugi

Dampak Pelonggaran PPKM Luar Biasa, Sampai Perusahaan Ritel Lippo Grup Bisa Lepas dari Jerat Rugi Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan ritel milik Lippo Group, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) memperoleh berkah dengan sudah mulai longgarnya kebijakan pemerintah mengenai pembatasan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Pelonggaran tersebut pun membuat perusahaan yang didirikan oleh konglomerat Mochtar Riady ini terlepas dari jerat rugi. Tercatat, pada tahun 2021 perseroan mengantongi keuntungan atau laba bersih sebesar Rp913 Miliar. Angka tersebut naik hingga 204% dibandingkan dengan rugi bersih sebesar Rp873 Miliar pada tahun 2020. 

“Capain tersebut didukung oleh kinerja perdagangan triwulan 4 2021 sejalan dengan pelonggaran PPKM (yang membantu kondisi pemulihan) dan inisiatif yang dijalankan Perseroan,” kata Terry O'Connor, Wakil Presiden Direktur dan CEO Matahari, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (4/3/2022). 

Baca Juga: Lippo Angkat Kaki, Bos Besar Link Net Buka Suara Soal Rencana Bersama XL Axiata

Perolehan laba bersih tersebut didorong oleh penjualan kotor sebesar Rp10,3 Triliun pada tahun 2021, atau 20% lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2020. Sehingga, pendapatan bersih tercatat sebesar Rp5,6 Triliun, 15% lebih tinggi dari 2020.

Hingga akhir tahun 2021, Matahari mengoperasikan 139 gerai di 77 kota di seluruh Indonesia, setelah membuka 3 gerai baru pada tahun 2021 di Balikpapan (Kalimantan Timur), Batam (Kepulauan Riau), dan Cianjur (Jawa Barat). 

“Matahari berencana membuka minimum 10 gerai pada 2022, termasuk gerai signature baru yang sedang dibangun di Taman Anggrek Jakarta dan Plaza Ambarukmo Jogjakarta. Pengerjaan konsep format baru juga sedang berjalan, dan Perseroan hampir menyelesaikan format baru di Supermal Karawaci Tangerang,” jelas Terry. 

Baca Juga: Perusahaan Keluarga Riady Kantongi Dana Hingga Triliun Rupiah dari Perusahaan Telekomunikasi Asia

Dengan visibilitas pemulihan yang lebih jelas serta neraca dan arus kas yang kuat, lanjut Terry, Perseroan telah membagikan dividen interim sebesar Rp 100 per saham pada 2 Desember 2021, dan mengusulkan dividen final sebesar Rp 250 per saham untuk disetujui dalam RUPS mendatang. 

“Ke depan, Manajemen merekomendasikan pembayaran dividen sebesar Rp 500/saham untuk FY22 (didistribusikan dalam 2 dividen interim sebesar Rp 125/saham dan dividen final sebesar Rp 250/saham), yang akan menjadi yang tertinggi dalam sejarah Perseroan,” tambahnya. 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: