Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Orang Terkaya Rusia ke Putin: Penyitaan Aset Akan Membawa Kita Kembali ke 1917

Orang Terkaya Rusia ke Putin: Penyitaan Aset Akan Membawa Kita Kembali ke 1917 Kredit Foto: REUTERS/Maxim Shemetov

Lusinan perusahaan Amerika, Eropa dan Jepang telah meninggalkan usaha patungan, pabrik, toko, kantor, dan aset lainnya di Rusia dalam dua minggu terakhir sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi. Mereka bergabung dengan Goldman Sachs dan JPMorgan pada hari Kamis, bank-bank besar Barat pertama yang mengumumkan bahwa mereka akan keluar dari Rusia sepenuhnya sejak krisis meletus pada Februari.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia mendukung rencana untuk memperkenalkan manajemen eksternal perusahaan asing yang meninggalkan Rusia.

"Kita perlu bertindak tegas dengan [perusahaan] yang akan menutup produksi mereka," kata Putin. "Perlu, kemudian ... untuk memperkenalkan manajemen eksternal dan kemudian mentransfer perusahaan-perusahaan ini kepada mereka yang ingin bekerja," tambahnya.

Organisasi hak-hak konsumen Rusia telah menyusun daftar perusahaan yang telah memutuskan untuk pergi dan dapat dinasionalisasi, menurut sebuah laporan di surat kabar Rusia Izvestiya yang kemudian dikutip oleh kantor berita negara TASS.

Dokumen yang dilaporkan dikirim ke pemerintah Rusia dan Kejaksaan Agung, mencakup 59 perusahaan, termasuk Volkswagen, Apple, IKEA, Microsoft, IBM, Shell, McDonald's, Porsche, Toyota, H&M, dan dapat diperbarui dengan lebih banyak merek.

Potanin mengatakan itu tidak terlalu bijaksana untuk berbicara tentang menasionalisasi aset Barat, tetapi proposal Kremlin dapat memungkinkan pemilik untuk menjaga properti, dan perusahaan untuk menghindari kehancuran, terus memproduksi produk dan membayar uang kepada karyawan.

"Saya mengerti bahwa mengingat pembatasan ekonomi yang ditujukan terhadap Rusia, mungkin ada keinginan yang dapat dimengerti untuk bertindak secara simetris," tulisnya. “Tetapi pada contoh negara-negara Barat, kita melihat bahwa ekonomi negara-negara ini menderita karena pengenaan sanksi terhadap Rusia. Kita harus lebih bijaksana dan menghindari skenario di mana sanksi pembalasan menimpa diri kita sendiri.”

Dia juga meminta Rusia untuk melonggarkan pembatasan mata uang asing sehingga bunga dapat dibayarkan atas obligasi dan pinjaman asing. Jika tidak, ada risiko negara itu bisa gagal membayar seluruh utang luar negerinya, yang diperkirakannya sekitar USD480 miliar (Rp6.873 triliun).

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: