Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Buntut Invasi Ukraina, Diplomat Rusia Ramai-ramai Kena Usir, Kapal Rp 2 Triliun Disita

Buntut Invasi Ukraina, Diplomat Rusia Ramai-ramai Kena Usir, Kapal Rp 2 Triliun Disita Potongan catur terlihat di depan bendera Rusia dan Ukraina yang dipajang dalam ilustrasi ini diambil 25 Januari 2022. | Kredit Foto: Reuters/Dado Ruvic
Warta Ekonomi, Moskow -

Slovakia pada Senin pekan ini telah memutuskan mengusir tiga diplomat Rusia dari negara tersebut.

Para diplomat di Kedutaan Besar Rusia di ibu kota Bratislava melanggar Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik, ucar juru bicara Kementerian Luar Negeri Juraj Tomaga mengatakan kepada kantor berita resmi TASR sebagaimana dilansir dari kantor berita Anadolu, Selasa (15/3/2022).

Baca Juga: Demi Lancarkan Bisnis Ganja, Oligarki Rusia Beri Sumbangan Politik Ilegal ke Komite Donald Trump

Dia mengatakan para diplomat harus meninggalkan negara itu dalam waktu 72 jam.

Polisi akan mengadakan konferensi pers pada hari Selasa mengenai masalah tersebut.

Pengumuman terjadi di tengah perang Rusia di Ukraina, yang membayangi hubungan Moskow dengan Uni Eropa dan negara-negara anggota seperti Slovakia.

Kapal Rp 2 Triliun Milik Pengusaha Rusia Kena Sita

Di tempat lain, Spanyol dilaporkan telah menyita sementara sebuah kapal pesiar senilai 140 juta dolar AS (sekitar Rp 2 triliun) milik orang kaya Rusia di Barcelona, kata pemerintah negara itu pada Senin (14/3).

Dua orang narasumber mengatakan bahwa kapal itu dimiliki bos konglomerat Rusia Rostec yang juga sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Hari ini kami menyita--istilah teknisnya melumpuhkan untuk sementara--kapal pesiar milik salah seorang anggota utama oligarki (Rusia)," kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez di televisi La Sexta.

"Kita berbicara tentang kapal pesiar yang kami perkirakan bernilai 140 juta dolar," ujar Sanchez sebagaimana dikutip Antara dari Reuters, Senin.

"Akan ada lebih banyak (kapal yang disita)," kata dia tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Situs Marine Traffic menyebutkan bahwa kapal pesiar yang terkait dengan dua anggota oligarki Rusia lain yang belum dikenai sanksi juga berlabuh di Barcelona.

Menurut situs pemantauan lalu lintas laut itu, kapal pesiar yang disita itu telah berada di Barcelona sejak 9 Februari, dan sampai Senin (14/3) masih dalam perbaikan di galangan kapal Barcelona MB92.

Kapal pesiar mewah bernama lambung Valerie dengan panjang 85 meter itu adalah milik Sergei Chemezov, mantan perwira di dinas intelijen Uni Soviet KGB dan pemimpin Rostec, kata narasumber.

Kapal pesiar itu akan tetap ditahan sementara oleh pihak berwenang Spanyol untuk memastikan kepemilikannya dan mencari tahu apakah mereka termasuk dalam daftar target sanksi, kata sumber pemerintah Spanyol.

Valerie berlayar dengan bendera Saint Vincent dan Grenadines dan didaftarkan atas nama putri tiri Chemezov, Anastasia Ignatova, melalui perusahaan di British Virgin Islands, menurut artikel pada 2021 yang dimuat dalam Pandora Papers.

Pandora Papers adalah 11,9 juta dokumen berisi informasi rahasia yang dibocorkan dan diterbitkan oleh International Consortium of Investigative Journalists pada Oktober 2021.

Barat telah memberikan sanksi kepada para miliarder Rusia, membekukan aset negara dan menutup akses sebagian besar perusahaan Rusia ke ekonomi global sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.

Chemezov pernah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat pada 2014 dan Inggris pada 2020 atas pencaplokan Krimea oleh Rusia. Dia juga disebutkan dalam daftar sanksi pada Maret 2022 oleh AS dan Australia. Sanksi AS juga menargetkan putri tiri Chemezov serta istri dan putranya.

Chemezov tidak disebutkan dalam daftar terbaru Eropa berisi tokoh-tokoh Rusia yang dijatuhi sanksi, tetapi Uni Eropa pernah mengenakan sanksi kepadanya pada 2014.

Paket keempat sanksi Uni Eropa terhadap Rusia akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.

Chemezov mengatakan kepada seorang staf dalam sebuah pesan yang dibagikan kepada Reuters pekan ini bahwa Rusia akan muncul sebagai "pemenang" meskipun ada sanksi.

Pemerintah Rusia menggambarkan tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk menjaga keamanan dalam negeri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: