"Adalah komitmen kami untuk selalu melakukan transformasi dan memanfaatkan teknologi digital sambil berkolaborasi untuk memberikan layanan terbaik bagi nasabah kami, termasuk UMKM. Hingga akhir 2021, pembiayaan yang disalurkan Bank Sampoerna melalui perusahaan P2P dan fintech lending meningkat lebih dari 10 kali lipat hingga ratusan miliar rupiah dibandingkan penyaluran pada akhir tahun 2020," ujar Henky Suryaputra, Direktur Keuangan & Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna.
Selain itu, rasio kredit bermasalah (NPL/ non-performing loan) dapat ditekan lebih rendah 10 basis poin pada akhir tahun 2021 menjadi 2,7% dibandingkan dengan rasio yang sama pada satu tahun sebelumnya. Adapun rata-rata rasio NPL industri perbankan yang tercatat adalah 3,0% pada 2021.
Baca Juga: 2C2P Perkuat Kepemimpinan Industri Payment Gateway di Indonesia, Kini Tunjuk Dua Pemimpin Baru
Penurunan NPL ini dibarengi pula dengan tren penurunan restrukturisasi kredit yang per akhir 2021 sekitar sepertiga total kredit yang disalurkan dibandingkan sekitar setengah kredit yang disalurkan di akhir tahun 2020.
Di sisi lain, mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya piutang, Bank Sampoerna mencatatkan beban penyisihan penurunan nilai aset keuangan sepanjang tahun 2021 sebesar Rp222 milar atau meningkat 42,3% dibandingkan beban penyisihan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan demikian, Bank Sampoerna memiliki fundamental kualitas kredit yang lebih baik dengan rasio penyisihan piutang tak tertagih terhadap total piutang tak tertagih (rasio CKPN terhadap NPL) mencapai lebih dari 175,3%.
Baca Juga: Manfaatkan Produk dan Jasa Perbankan Syariah, CIMB Niaga Syariah Jalin Kerja Sama dengan IPEMI
Selain kinerja keuangan, di 2021 Bank Sampoerna juga telah memperkuat fundamental keuangannya melalui penambahan modal inti. Sesuai dengan Peraturan OJK No. 12 /POJK.03/2020 yang mewajibkan perbankan memiliki modal inti Rp2 triliun di tahun 2021, per Desember 2021 modal inti Bank Sampoerna tercatat sebesar Rp2,05 triliun. Alhasil modal Bank Sampoerna semakin kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) sebesar 26,0%, jauh di atas CAR per akhir tahun 2021 sebesar 19,1% ataupun ketentuan CAR minimum yang ditetapkan OJK.
"Bank Sampoerna telah memperkuat struktur pemodalannya dengan modal inti melampaui Rp2 triliun. Pencapaian ini tentunya berkat kerjasama berbagai pihak, termasuk para pemegang saham yang selalu berkomitmen untuk mendukung Bank Sampoerna, regulator, nasabah juga seluruh karyawan," ungkap Ali.
"Sesuai dengan ketentuan yang ada, dengan dukungan pemegang saham, Bank Sampoerna siap untuk meningkatkan modal lebih lanjut menjadi Rp3 triliun sebelum akhir tahun 2022 ini serta memberikan layanan yang lebih baik lagi bagi nasabah, teristimewa para pengusaha UMKM," tutup dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: