Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Didepan DPR, IDI Bongkar Disertasi Terapi Cuci Otak Terawan: Susah Diterima dengan Nalar!

Didepan DPR, IDI Bongkar Disertasi Terapi Cuci Otak Terawan: Susah Diterima dengan Nalar! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perwailan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Etik (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia Prof. Dr. dr. Rianto Setiabudy, Sp. FK mempreteli kelemahan disertasi 'terapi cuci otak atau Digital Subtraction Angiography (DSA) yang dilakukan oleh Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Dalam rapat bersama dengan Komisi IX DPR RI, beberapa hari lalu, Prof Rianto yang juga merupakan ahli farmakologi, mengatakan disertasi dokter Terawan mengandung kelemahan subtansial.

Baca Juga: Panas! Buntut Polemik Terawan, Muncul Usul SIP Ditarik ke Pemerintahan, IDI Langsung Buka-bukaan!

"Pertama menggunakan heparin, DSA itu suatu metode, metode radiologi memasukkan kateter dari suatu pembuluh darah di paha sampai ke otak di sana dilepaskan kontras, kontras itu akan  menunjukkan di mana yang mampetnya itu," papar Prof Rianto seperti dikutip dari YouTube Komisi IX DPR RI.

Ia melanjutkan, agar ujung kateter tetap terbuka, diberika sedikit dosis kecil heparin. Hal itu mencegah bekuan darah di ujung kateter.

"Jadi dosis yang kecil tidak bisa diharapkan untuk merontokkan gumpalan darah itu, jadi hanya sekadar mencegah mampetnya bekuan darah," kata Prf Rianti.

"Jadi ketika itu digunakan maka timbul masalah yang besar sekali, yang digunakan adalah orang orang stroke, yang lebih dari satu bulan. Jadi bekuan darah sudah mengeras di situ, dan tidak mungkin kita cari di literatur manapun heparin efektif merontokkan melarutkan bekuan darah seperti itu," jelas Prof Rianto.

Baca Juga: Nyelekit! Yasonna Ingin Revisi Kewenangan IDI Terkait SIP, Pengamat: Gak Paham Undang-undang!

Menurutnya, yang bisa melarutkan bekuan darah seperti itu adalah zat lain yang dikenal dengan thrombolytic agent. Itu pun, lanjut Prof Rianto, hanya akan efektif jika bekuan darah di otak yang menimbulkan stroke umurnya baru satu jam, dan bukan satu bulan lebih.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: