Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gara-gara Yoon Suk-yeol, Rumah Biru Korea Selatan Mungkin Diserbu Lebih dari 39 Ribu Orang karena...

Gara-gara Yoon Suk-yeol, Rumah Biru Korea Selatan Mungkin Diserbu Lebih dari 39 Ribu Orang karena... Kredit Foto: Reuters/Yonhap
Warta Ekonomi, Seoul -

Bagi banyak warga Korea Selatan, istana kepresidenan di Seoul merupakan ikon di lereng gunung yang jarang dikunjungi dan dijaga ketat. Sekarang tempat itu berubah karena ribuan orang telah diizinkan melihat ke dalam untuk pertama kalinya dalam 74 tahun.

Sebagai salah satu tindakan pertama, pemimpin Korea Selatan yang baru telah memindahkan kantor kepresidenan dari Rumah Biru dan membuka gerbangnya untuk umum. Tindakan Yoon Seok-yeol itu memungkinkan tempat tersebut menerima hingga 39.000 orang per hari untuk berkunjung.

Baca Juga: Mendengar Sanjungan Presiden Yoon Suk-yeol atas Safari Politik Megawati

Kompleks yang biasanya dijaga ketat, kini telah diubah menjadi sesuatu seperti pekan raya. Banyak kerumunan yang bersemangat melihat sekeliling dan berdiri dalam antrean panjang.

"Saya merasa bersyukur bahwa Rumah Biru telah dibuka untuk umum. Saya sangat senang berada di sini," kata pekerja kantoran berusia 61 tahun bernama Lee Sang-woon selama tur bersama keluarganya.

Rumah Biru telah melalui beberapa transformasi selama bertahun-tahun. Dulunya merupakan situs taman kerajaan, orang Jepang membangun kediaman resmi untuk gubernur jenderal di sana selama pemerintahan kolonial di Semenanjung Korea.

Setelah Korea dibebaskan dari Jepang pada 1945, komandan militer Amerika Serikat (AS) menduduki tempat itu hingga menjadi kantor kepresidenan dan kediaman resmi di atas dasar negara pada 1948.

Usai Yoon terpilih sebagai presiden, barulah gedung tersebut menjadi tempat wisata yang bisa dikunjungi publik.

Pembukaan Rumah Biru adalah bagian dari janji baru Yoon untuk meninggalkan istana dan mendirikan kantornya di kompleks Kementerian Pertahanan di distrik Yongsan, sekitar 5 kilometer jauhnya dari tempat itu.

Yoon memberikan alasan pemindahan karena kompleks Kementerian Pertahanan karena sudah dilengkapi dengan fasilitas komando terkait keamanan.

Yoon juga bertujuan untuk membangun sesuatu yang mirip dengan Gedung Putih di Washington yang akan membuat warga melihat lebih dekat. Yoon mengatakan kantor baru akan memungkinkan komunikasi yang lebih baik dengan publik.

Tapi, rencana relokasi istana kepresidenan ini menghadapi keluhan bahwa mereka terburu-buru dan tidak realistis. Para kritikus mengatakan gerakan tergesa-gesa dari kantor-kantor pemerintah dapat merusak keamanan nasional dengan memusatkan terlalu banyak kekuasaan di satu tempat, menghabiskan terlalu banyak biaya, dan melanggar hak milik orang-orang yang tinggal di daerah tersebut.

Presiden Korea Selatan sebelum Yoo, Moon Jae-in, juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Yoon membuat keputusannya sebelum mendengar cukup banyak opini publik.

Ketika Moon menjabat pada 2017, dia juga berjanji untuk pindah dalam upaya menjauhkan diri dari pendahulunya yang dipenjara, Park Geun-hye, yang tumbuh di sana sebagai putri seorang diktator. Moon akhirnya membatalkan rencananya dan Park diampuni akhir tahun lalu.

Baca Juga: Beres dari Korea Selatan dan Siap Balik ke Indonesia, Megawati Didampingi Sosok Ini

Choi Jun-chae yang menjalankan pabrik di pasar tradisional dekat Rumah Biru menyesal melihat kantor kepresidenan meninggalkan lingkungannya. Namun, dia juga berharap relokasi itu akan meningkatkan bisnis lokal dengan mendatangkan lebih banyak turis.

"Di bawah pemerintahan (mantan Presiden) Lee Myung-bak, ada banyak protes, jadi sangat sulit untuk bepergian ke daerah ini. Mobil tidak bisa bergerak, jadi saya harus berjalan,” kata Choi.

Ribuan orang telah berkumpul di dekat Rumah Biru di masa lalu untuk demonstrasi massal dan pawai. Warga sekitar mengatakan mereka menderita kebisingan dan kemacetan lalu lintas.

"Saya berharap protes berkurang dan lebih banyak orang mengunjungi daerah itu. Namun  (presiden) sudah lama di sini, jadi agak sedih juga," kata kepala toko roti populer di lingkungan itu Yoo Sung-jong.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: