Ada G20 di Indonesia hingga APEC di Thailand, Netralitas ASEAN Diuji
Situasi tersebut mirip dengan sikap terkait konflik di Laut China Selatan serta rivalitas AS dan China. Dalam konteks ini, negara-negara di Asia Tenggara bersikap lebih berhati-hati agar tidak terjerumus pada keberpihakan. Apalagi, sebagian besar negara di kawasan memiliki hubungan ekonomi kuat dengan Cina.
Terkait aksi Rusia, perbedaan sikap negara-negara di kawasan tercermin pula dalam voting untuk menentang dan mengecam Rusia di PBB awal Maret lalu. Vietnam dan Laos, yang memiliki hubungan erat dengan Rusia, bersikap abstain, sementara negara lain di kawasan mendukung kecaman terhadap Rusia.
Baca Juga: Dalam Beberapa Dekade, China Adalah Sumber Destabilisasi di Laut China Selatan
Ujian
Sikap masing-masing negara Asia Tenggara secara individu, boleh jadi berbeda terhadap krisis Rusia-Ukraina. Namun, ditegaskan Ismail, solidaritas ASEAN dalam pertemuan dengan AS pekan lalu, sangat menonjol.
"Prinsip-prinsip ASEAN terkait kawasan damai, bebas, dan netral tersampaikan dengan baik selama pembicaraan dengan Biden," jelasnya.
Dalam pertemuan puncak AS-ASEAN itu, negara-negara di kawasan memang cukup kuat berpegang pada prinsip-prinsip ASEAN. Hanya saja, tidak lantas berarti ujian berupa tekanan-tekanan dari Barat, khususnya AS, terhenti begitu saja.
Sepanjang tahun ini saja, setidaknya sebagian negara ASEAN harus kembali menghadapi ujian serupa, khususnya terkait isu Rusia-Ukraina, terutama Kamboja, Indonesia, dan Thailand.
Kamboja, yang memegang tampuk kepemimpinan ASEAN tahun ini, dijadwalkan November mendatang menjadi tuan rumah pertemuan puncak ASEAN dan negara-negara mitra dialog, yang antara lain AS dan Rusia.
Pada waktu yang berdekatan, Indonesia yang memegang presidensi G20, juga akan menggelar pertemuan puncak G-20 yang melibatkan AS dan Rusia. Selanjutnya, Thailand juga menjadi tuan rumah bagi pertemuan Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), yang juga melibatkan AS dan Rusia.
Dalam pertemuan-pertemuan tersebut sulit dipungkiri adanya tekanan dari negara-negara Barat agar negara-negara di kawasan 'menjauhi' dan tidak mengundang Rusia.
Dalam pertemuan-pertemuan tersebut sulit dipungkiri adanya tekanan dari negara-negara Barat agar negara-negara di kawasan 'menjauhi' dan tidak mengundang Rusia. Indonesia misalnya, sudah mendapat ancaman dari AS untuk tidak menghadiri pertemuan puncak G20 jika mengundang Rusia.
Menghadapi ancaman ini, Presiden Indonesia Joko Widodo, tetap mengundang Rusia dan juga mengundang Ukraina meski bukan anggota G20. Upaya ini jelas membuka peluang mencapai solusi secara damai. Tekanan-tekanan seperti itu bukan tak mungkin dialami pula Kamboja dan Thailand.
Meski tidak seluruhnya negara-negara ASEAN tercakup dalam pertemuan-pertemuan itu, namun tetap penting bagi Kamboja, Indonesia, dan Thailand, sebagai tuan rumah mengambil sikap sesuai dengan prinsip-prinsip ASEAN sebagai satu kesatuan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto