Begini Cara John Riady Terapkan Transformasi Lippo di Tengah Arus Digitalisasi
"Contohnya untuk pasar ritel, yang paling besar di Indonesia masih pasar tradisional kira-kira 60%, sedangkan ritel modern itu seperti mal dan department store sebagainya itu kira-kira 30%. Sebaliknya pasar online kira-kira penetrasinya 10%," simpul John.
Ke depan, seiring berjalannya waktu, pasar daring akan tumbuh lebih besar maupun pasar ritel modern secara fisik. "Tapi offline pun yang sekarang kira-kira 30%, tetep akan tumbuh menjadi 50-60%. Tentu yang akan berkurang seiring dengan kemajuan ekonomi dan sebagainya adalah pasar-pasar tradisional yang akan berubah menjadi modern mart," kata John.
Baca Juga: Demi Cegah Kerugian Negara, Jasa Raharja Gelar Legal Forum
Dalam strategi investasi pun, John sepertinya mengamalkan pandangan tersebut. Tidak saja fokus memperkuat lini bisnis utama yang selama ini jadi andalan Lippo Group, konglomerasi itu di bawah John rajin menebarkan benih kepada banyak perusahaan rintisan.
"Kami mempunyai empat pilar investasi yang selalu diterapkan. Pertama, kami ikut mengembangkan bersama founder, kedua masuk ke dalam perusahaan yang telah matang [pra IPO], menjalin kemitraan, hingga mengawinkan dengan berbagai jaringan bisnis kami itu seperti terjadi di MPPA," kata John.
Baca Juga: Luncurkan Buku untuk Dukung Seller, GoSend Gandeng Pakar Bisnis dan UMKM
Melalui lengan investasi Venturra Capital, Lippo tercatat ikut melahirkan RuangGuru, Grab, Sociolla, dan puluhan perusahaan rintisan lainnya.
"Yang jelas, kami punya prinsip bahwa suatu perusahaan termasuk usaha rintisan, akan selalu hidup dan berkembang jika memiliki semangat mengusung solusi dalam permasalahan kehidupan. Ini sangat terbukti dari berbagai perusahaan rintisan yang bisa bertahan hingga sekarang, mereka menawarkan solusi kepada masyarakat," tutup John.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: