Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sambut Hari Keluarga Nasional ke-29, BKKBN Targetkan 14 Persen Prevalensi Stunting Menurun

Sambut Hari Keluarga Nasional ke-29, BKKBN Targetkan 14 Persen Prevalensi Stunting Menurun Kredit Foto: BKKBN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Eka Sulistia Ediningsih memaparkan sejarah dari Hari Keluarga Nasional yang diselenggarakan di Kota Medan, Sumatera Utara.

Eka mengungkapkan, momen kembali berkumpulnya para pahlawan pascakemerdekaan pada tanggal 29 Juni 1949 dijadikan sebagai peringatan Hari Keluarga Nasional. Menurut Eka, perjuangan membangun bangsa Indonesia setara dengan membangun keluarga.

Baca Juga: Hebat! BKKBN Indonesia Raih Penghargaan Kependudukan dari PBB

"Perjuangan membangun bangsa Indonesia dan membangun keluarga adalah salah satu napas kehidupan. Membangun keluarga berarti juga membangun bangsa," ungkap Eka, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (11/6/2022).

Eka menilai, peringatan hari keluarga merupakan salah satu upaya pengingat bagi masyarakat Indonesia tentang pentingnya sebuah keluarga. Menurutnya, keluarga memiliki peran penting dalam mencapai ketahanan, persatuan, dan kesatuan bangsa. "Dari keluarga kekuatan dalam pembangunan suatu bangsa akan muncul," kata Eka.

Eka mengungkapkan, peringatan Hari Keluarga Nasional tercantum dalam keputusan Presiden Republik Indonesia No. 39 Tahun 2014 tentang Hari Keluarga Nasional yang ditetapkan pada 29 Juni 1949 dan bukan termasuk ke dalam kategori hari libur.

Kendati demikian, kata Eka, peringatan Hari Keluarga Nasional lebih dulu diinisiasi oleh Presiden Soeharto pada 19 Juni 1993 di Lampung. Sementara, Haryono Suyono yang dikenal sebagai penggagas Hari Keluarga Nasional saat itu menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di era Presiden Soeharto.

Mulanya, Haryono memaparkan tiga pokok pikiran terkait dengan Hari Keluarga Nasional. Pertama, mewarisi semangat kepahlawanan dan perjuangan bangsa. Kedua, menghargai keluarga sebagai indikator kesejahteraan bangsa; Ketiga, membangun keluarga yang bekerja keras dan mampu berbenah menuju keluarga sejahtera.

Kesetujuan Presiden Soeharto atas tiga gagasan utama Hari Keluarga Nasional tersebut yang kemudian melahirkan peringatan tersebut setiap tanggal 29 Juni 1970. "Tangga 29 Juni merupakan kristalisasi semangat pejuang Keluarga Berencana untuk memperkuat dan memperluas program KB," kata Eka.

Sementara itu, Eka mengungkapkan bahwa di negara lain terdapat pula peringatan Hari Keluarga, di antaranya Amerika yang dikenal dengan nama Family Day di Minggu pertama bulan Agustus 1978. Afrika Selatan, lanjut Eka, juga memiliki Hari Keluarga yang dimulai sejak tahun 1995. Pun begitu pula Australia yang mendeklarasikan hari keluarga pada hari Selasa di Minggu pertama bulan November sejak tahun 2007.

"Pada tahun 1994 Perserikatan Bangsa-bangsa mendeklarasikan Hari Keluarga dan tanggal 15 Mei dinyatakan sebagai Hari Keluarga Internasional," papar Eka.

Eka menilai, meski tanggal pelaksanaannya berbeda di tiap negara, secara umum Hari Keluarga dimaknai dengan berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Intinya, kata Eka, tujuan utama Hari Keluarga adalah untuk menumbuhkan rasa kebersamaan.

Sementara itu, Eka juga menilai bahwa tantangan besar yang sering dihadapi keluarga saat ini adalah prevalensi stunting. Dia juga mengatakan bahwa satu dari empat balita Indonesia mengalami kegagalan di masa pertumbuhan akibat gizi yang kurang, infeksi tulang, dan stimulus lingkungan yang kurang mendukung. Dia menyebut bahwa stunting memiliki dampak yang sangat buruk bagi masa depan anak-anak Indonesia.

"Perencanaan keluarga adalah poin penting yang harus dipersiapkan setelah menikah. Perencanaan keluarga menjadi titik upaya pencegahan stunting," katanya.

Lebih lanjut, Eka mengatakan bahwa puncak dari Hari Keluarga Nasional ke-29 akan segera digelar di Kota Medan pada 29 Juni 2022. Bertepatan dengan hari tersebut, pihaknya menargetkan untuk menurunkan prevalensi stunting secara nasional di 2024 sebesar 14 persen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: