Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jika Indomie Tolok Ukurnya, Perang di Ukraina Bisa Bikin Anak Kos Pusing, Ini Lho Penyebabnya!

Jika Indomie Tolok Ukurnya, Perang di Ukraina Bisa Bikin Anak Kos Pusing, Ini Lho Penyebabnya! Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Tokyo -

Gelombang perang di Ukraina terus bergejolak di seluruh dunia. Indonesia perlahan merasakan dampaknya. Salah satunya terkait kekhawatiran ketika akan membayar lebih untuk mi instan favorit mereka. 

Dalam pertemuan tahunan World Economic Forum di Davos pada akhir Mei lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia mengatakan bahwa harga mi akan naik. Dia mengungkapkan keprihatinan dalam konteks ketidakamanan pasokan gandum global yang berasal dari krisis Ukraina, dan mungkin memikirkan Indomie.

Baca Juga: Geger Penemuan Bungkus Indomie di Zona Perang Ukraina, Perbekalan Tentara Asing, dari Mana?

Pasalnya, dikutip dari Nikkei Asia, harga pangan sedang naik. Gandum, yang digunakan untuk mi Indomie, dijual seharga 11.600 rupiah (79 sen dengan kurs saat ini) per kg pada 8 Juni, naik 13 persen pada tahun itu.

Sementara itu, mi instan dianggap merupakan makanan nasional di Indonesia sebab berbagai kalangan dari mulai keluarga, pekerja, hingga anak kos menyukainya. Permintaan mi instan Indonesia mencapai 13,27 miliar porsi pada tahun 2021, kedua setelah 43,99 miliar porsi China daratan, termasuk Hong Kong, menurut Asosiasi Mi Instan Dunia.

Indonesia berada di atas China dalam konsumsi per kapita, mencatat sekitar 50 porsi per tahun. Sebagian besar mi yang dikonsumsi di sini dianggap sebagai jenis instan dari Indofood, termasuk paket Indomie, dan harganya terkait langsung dengan mata pencaharian masyarakat.

Indomie yang menawarkan berbagai macam rasa dan harga yang terjangkau berhasil merebut hati dan perut masyarakat.

Mi Indomie dijual rata-rata sekitar 2.800 rupiah di toko-toko, harga yang terjangkau di negara dengan upah bulanan rata-rata setara dengan sekitar 200 dolar AS.

Harga eceran mencerminkan kenaikan pajak pertambahan nilai pada bulan April, tetapi Indofood mempertahankan harga produk itu sendiri tidak berubah. Dengan naiknya harga gandum, banyak konsumen dan pemerintahan Presiden Joko Widodo sama-sama memantau harga Indomie dengan cermat.

Indofood menikmati pendapatan yang kuat, dengan laba bersih grup melonjak ke level tertinggi 10 tahun pada tahun 2021. Kekuatan tersebut didorong oleh penjualan Indomie, yang menjadi makanan yang menenangkan bagi orang-orang yang terjebak di rumah di tengah pembatasan virus corona.

Namun jangan khawatir bagi pecinta mi instan, khususnya Indomie. Ditanya tentang kemungkinan kenaikan harga, seorang pejabat Indofood mengatakan perusahaan akan mempertimbangkan bahan baku dan harga bahan, ekonomi, dan daya beli konsumen.

Paket Indomie yang lebih mahal akan memaksa perubahan perilaku, menurut seorang pekerja kantoran di Jakarta.

“Kalaupun harganya naik hanya 500 rupiah, kalau dijumlahkan sebulan, dampaknya besar,” katanya.

“Sekarang saya makan mi Indomie tiga atau empat kali seminggu, tapi saya harus mengubahnya menjadi sekali atau dua kali seminggu,” imbuh dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: