Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tidak Ada Alasan untuk Menahan Pertumbuhan PLTS Rooftop Jawa, Madura, dan Bali

Tidak Ada Alasan untuk Menahan Pertumbuhan PLTS Rooftop Jawa, Madura, dan Bali Kredit Foto: AESI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Untuk mencapai target bauran energi terbarukan 23% di tahun 2025, seluruh pihak yang terlibat harus melakukan sinergi untuk pencapaiannya. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, komunitas, serta masyarakat umum berkontribusi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dengan tujuan yang sama, melepaskan diri dari ketergantungan energi fosil untuk beralih menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Direktur Jenderal EBTKE, Dadan Kusdiana, saat acara Launching Data Platform dan Seminar Studi Hosting Capacity di Jakarta, Kamis (16/06), mengatakan bahwa pihaknya terus mencari cara yang terbaik untuk solusi konkret, yaitu penambahan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).

 Baca Juga: Pengusaha: Jangan Terlena Elon Musk, Pemerintah Harusnya Dukung Anak Bangsa Kembangkan Teknologi EBT

"Di dunia, kapasitas PLT-EBT (Pembangkit Listrik Tenaga EBT) yang berasal dari energi surya adalah 845 GW, ekuivalen dengan 28% dari kapasitas pembangkit lainnya sehingga jika berbicara berapa penetrasi EBT yang mungkin dilakukan, jawabannnya adalah 28%," tambah Dadan Kusdiana, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/6/2022).

Kehadiran Dadan Kusdiana sekaligus untuk meresmikan peluncuran platform data iradiasi matahari yang dikembangkan Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) dan PT Synkrona Enjiniring Nusantara (Synkrona). Adanya platform ini sangat penting sebagai database energi nasional serta sumber data primer bagi peneliti dan universitas.

Dalam kesempatan yang sama, AESI mendukung upaya Kementerian ESDM untuk mempercepat bauran energi terbarukan melalui pemasangan PLTS. Dalam hal ini, AESI  menyayangkan adanya kebijakan internal PLN yang membatasi kapasitas terpasang PLTS atap 10-15% dari daya terpasang di pelanggan.

Menurut kajian AESI dan Synkrona, tidak ada masalah teknis pada sistem PLN yang ditimbulkan jika pembatasan di tingkat pelanggan tidak dilakukan. Hal ini dibuktikan oleh Kajian Hosting Capacity yang dilakukan AESI dan Synkrona. Kajian mengukur potensi teknis energi surya di Jawa-Madura-Bali dan bagaimana jenis energi ini dapat berperan di dalam pasokan listrik secara nyata.

Kajian ini mencakup pengukuran iradiasi (intensitas pencahayaan) matahari secara real time di 54 titik Jawa-Madura-Bali (Jamali) sejak tahun 2020. Kegiatan pengukuran ini baru dilakukan pertama kali di Indonesia dan diharapkan hasil pengukuran ini dapat menjadi database energi nasional. Penempatan 54 alat ukur juga difasilitasi oleh PT PLN Persero yang menyediakan lokasi Gardu Induk sebagai lokasi penempatan alat. Oleh karena itu, data ini juga bermanfaat bagi PLN dalam memperkuat sistem ketenagalistrikan di Jawa-Madura-Bali.

Andhika Prastawa, Ketua Dewan Pembina AESI yang juga Perekayasa Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional, mengatakan bahwa riset yang dilakukan terhadap intermitensi daya surya menunjukkan bahwa permasalahan intermitensi ini teredam dengan pemasangan PLTS Atap secara tersebar di seluruh sistem Jamali. Data dan analisis menunjukkan bahwa impak redaman tersebut menghasilkan kemampuan sistem Jamali untuk menerima tidak kurang dari 6.500 MWp PLTS Atap.

"Dengan analisis, hasil ini sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak sesegera mungkin memempercepat pertumbuhan PLTS Rooftop," pungkas Andhika.

Ketua Umum AESI, Fabby Tumiwa, menambahkan bahwa transisi energi dan dekarbonisasi bukan lagi menjadi pilihan, melainkan strategi dan prioritas dalam kebijakan energi nasional. PLTS merupakan teknologi yang dapat menjadi tulang punggung sistem energi karena potensinya yang tersebar di seluruh Indonesia, dapat dikembangkan dalam berbagai skala, dan cepat dibangun.

"PLTS di Jawa Madura Bali yang bisa terpasang mencapai 9.600 MW," ujar Dr. Nanang Hariyanto, Dosen Kepala Laboraturium Power Sistem dan Dinamik, Institut Teknologi Bandung yang didasari oleh hasil simulasi yang menggunakan data iradiasi AESI dan Synkrona.

Dengan simulasi yang dilakukan, secara teknis dapat dibuktikan bahwa penetrasi PLTS dapat mencapai 4.800 MW untuk PLTS skala utilitas yang dapat dikembangkan sampai 9.600 MW untuk PLTS atap karena persebarannya yang merata. Sementara, untuk kapasitas gabungan, PLTS utilitas bisa mencapai 2.400 MW dan atap adalah 7.200 MW. Nilai kapasitas ini setara dengan 12 TWh per tahun yang merupakan konsumsi listrik separuh Jawa Tengah pada 2020.

Baca Juga: SUN Energy dan WIKA Energi Bangun PLTS Pertama di Lembaga Pendidikan Tinggi Kawasan Indonesia Timur

Nanang menegaskan bahwa untuk nilai batas penetrasi 10-15% di pelanggan, sebetulnya hanya berlaku jika semua pelanggan memasang PLTS atap. Untuk itu, Nanang menyarankan PT PLN agar pembatasan 10-15% tidak perlu diberlakukan di level pelanggan. Mengingat tidaklah mungkin 100% pelanggan memasang PLTS atap, kebijakan pembatasan PLTS atap tiap pelanggan 10-15% dari kapasitas terpasang yang diterapkan PLN saat ini tidak beralasan.

AESI berharap batasan kapasitas PLTS atap yang dapat dipasang pelanggan sesuai Permen ESDM No 26/2021 sebesar 100% daya terpasang. Pada saat kapasitas total PLTS mencapai angka mendekati 15% dari daya terpasang total, kebijakan pembatasan baru boleh diberlakukan.

Dalam acara ini, dapat disimpulkan bahwa iradiasi dan jaringan listrik di Jawa-Madura-Bali memiliki potensi dan kemampuan besar untuk integrasi PLTS sampai 9.600 MW dan mempercepat peningkatan bauran energi terbarukan di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: