Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soroti Soal Khilafatul Muslimin, MUI Singgung Soal Kekecewaan Rakyat, Bisa Reformasi Jilid Dua!

Soroti Soal Khilafatul Muslimin, MUI Singgung Soal Kekecewaan Rakyat, Bisa Reformasi Jilid Dua! Kredit Foto: Suara.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas heran mengapa elit negara termasuk penegak hukum begitu terlarut dengan masalah kelompok Khilafatul Muslimin. Menurutnya, jika memang kelompok tersebut jelas ingin mengganti Pancasila dan UUD 1945 maka harus ditindak. 

Namun di sisi lain, Anwar mengingatkan adanya pihak yang jelas-jelas punya sikap bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 bebas melalang buana. Yang dimaksud adalah pihak yang berpaham liberalisme dan kapitalisme.

Baca Juga: Meme Stupa Borobudur Dinilai Lecehkan Umat Buddha, Roy Suryo Tak Bisa Tidur Tenang, Dipolisikan!

"Hal ini tentu saja membuat kita prihatin karena kita tentu saja tidak mau jika negeri ini diurus dengan cara-cara seperti itu, karena hal demikian jelas memberi kesan bahwa para pemimpin di negeri ini  tampak lebih kental islamophobianya dari pada  liberalismephobianya," ujarnya kepada Populis.id pada Senin (20/06/2022).

"Pertanyaannya apakah mereka (pemimpin dan penguasa.red) tidak tahu bahwa faham liberalisme Kapitalisme itu adalah sangat berbahaya dan sangat bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945?," sambung Anwar.

Di samping itu, ia mengatakan praktek korupsi dan kolusi serta nepotisme (KKN) yang sudah menggurita di negeri ini  akan sangat membahayakan dan mengancam masa depan bangsa ini. Belum lagi perilaku dari sebagian para pengusaha besar atau para pemilik kapital  di negeri ini yang dengan mudahnya merampok dan merampas tanah rakyat. 

"Ini adalah ancaman terhadap masalah  persatuan dan kesatuan serta kemanusiaan dan kesejahteraan dari rakyat di negeri ini," terangnya.

Baca Juga: PSI Jelas Gak Mau Dukung Anies Baswedan, Ruhut Sitompul: Dicoel Sedikit Saja Kebakaran Jenggot!

Selain itu, pria berdarah Minang ini menekankan sekarang tingkat kekecewaan dari masyarakat luas terhadap tingkah laku sebagian para pemimpin dan peguasa serta oligarki sudah sangat tinggi. Ia khawatir, dengan kondisi demikian akan bisa mendorong bagi terjadinya  reformasi jilid dua.

"Maka saya menghimbau dan mengingatkan para penegak hukum dan Pemerintah serta  para politisi yang ada di negeri ini untuk mengevaluasi diri dan agar jangan menganggap enteng masalah ini," tegasnya.

Ia menekankam jangan sampai pemimpin dan penegak hukum mengira  bahwa dengan kekuatan dimiliki saat ini bisa  menghadapi dan mengatasi masalah yang ada.

Baca Juga: Gencar Safari Politik Jelang Pemilu, PKS Bakal Temui NasDem, Siap Lahirkan Koalisi?

Kata dia, belajarlah dengan apa yang terjadi di zaman orde baru, dimana kekuatan penguasa yang sangat kuat tapi tidak ada artinya apa-apa ketika sudah berhadapan dengan  kemarahan rakyat yang sudah memuncak. 

"Untuk itu lihatlah dan belajarlah dari kasus yang terjadi di Srilanka dimana kekuatan rakyat  telah merontokkan  dalam waktu yang singkat kekuasaan dari rezim yang berkuasa. Pertanyaannya, apakah kita mau hal seperti itu terjadi  di negeri ini ? tentu saja  tidak," paparnya.

Lebih lanjut, ia menilai saat ini negeri sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja karena gejolak dan tingkat keresahan serta kekecewaan di tengah-tengah masyarakat  tampak sudah cukup meningkat. Ia mengimbau kepada pemimpin dan penguasa serta para penegak hukum di negeri ini harus mampu mempertajam mata dan mempernyaring telinganya lalu dengarlah suara rakyat. 

Baca Juga: “Baru dalam Sejarah NU Berdiri, Bendumnya Jadi Tersangka Korupsi di KPK”

"Janganlah mereka  hanya sibuk dengan diri dan kelompok serta partainya saja apalagi sebagian dari mereka kita lihat perilakunya tak obahnya seperti antek-antek kompeni yang galaknya luar biasa kepada rakyat dengan tujuan agar mereka bisa menyenangkan hati dari sang bos yang membayarnya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: