Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Walau Bebas Selancari Internet, Harus Kenal Juga Prinsip Beretika di Dunia Digital

Walau Bebas Selancari Internet, Harus Kenal Juga Prinsip Beretika di Dunia Digital Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Era teknologi digital tak terlepas dari hoaks, penipuan daring, ujaran kebencian, cyberbullying di samping dampak positif dengan segala kemudahannya. Cakap digital sebagai upaya adaptasi menjadi keharusan bagi pengguna di ruang digital agar dapat memanfaatkan perkembangan teknologi secara tepat.

Dosen Praktisi Program Magister UNAIR dan HR Profesional, Rovien Aryunia mengungkapkan etika di dunia digital menjadi landasan yang harus dimiliki setiap orang. Sebab di ruang digital individu dituntut untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Bahkan jarak maupun letak geografis tak lagi menjadi penghalang. 

Baca Juga: Digital Talent BRI Torehkan Prestasi di Ajang UN World Innovation Day Hack 2022

Ada 7 kompetensi literasi digital terkait etika dalam berinternet. Antara lain kompetensi dalam mengakses informasi, menyeleksi dan menganalisis informasi, memahami etika digital sebagai upaya membentengi diri dari hal-hal negatif. Selain itu kompetensi digital juga meliputi memproduksi dan mendistribusikan informasi, memverifikasi pesan sesuai etika, berpartisipasi dalam membangun relasi sosial, serta berkolaborasi data dan informasi dengan aman dan nyaman di platform digital. 

"Idealnya etika yang kita tampilkan di ruang nyata sama dengan etika di ruang digital," kata Rovien saat berbicara dalam Webinar Makin Cakap Digital 2022 wilayah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Namun nyatanya Netizen Indonesia justru sempat dinobatkan sebagai yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara oleh Microsoft. Faktor yang memengaruhi buruknya indeks Indonesia yaitu hoaks, penipuan, ujaran kebencian, dan diskriminasi. 

Lebih lanjut dia mengatakan, maraknya cyberbullying atau perundungan di dunia maya sebagai tindakan agresif terhadap orang lain yang lebih lemah dengan menggunakan media digital dapat memunculkan ketakutan pada korban. Bahkan dapat berlanjut pada kekerasan fisik di dunia nyata. Beberapa contoh cyberbullying yang dilakukan di media sosial antara lain menyebar kebohongan tentang seseorang, menuliskan kata-kata menyelitkan di kolom komentar, mengirim pesan ancaman, hingga mengirim pesan jahat.

Webinar Makin Cakap Digital 2022 wilayah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Siber Kreasi. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Baca Juga: Waduh, Gegara Usung Anies Baswedan Jadi Bakal Capres, NasDem Jadi dalam Bahaya!

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Dosen Praktisi Program Magister UNAIR dan HR Profesional, Rovien Aryunia, Kepala Bidang Pelatihan Masyarakat dan Relawan TIK Blitar, Wahyu Dwi Prasetyo dan anggota Japelidi yang juga Dosen Komunikasi UNITRI Malang Asfira Rachmad.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: