Pihaknya mengaku bahwa, saat ini berbagai upaya telah dilakukan, sama seperti saat pertama kali ide untuk membuat dana abadi pendidikan dilakukan. Saat itu karena mandat 20 persen tidak bertemu dengan kesiapan, selalu membelanjakan atau menggunakannya secara sangat optimal dan efisien apalagi tanpa korupsi, maka kemudian Kemenkeu berinisiatif membangun dana abadi pendidikan. Menurutnya, supaya uangnya itu tidak selalu dialokasikan saja.
“Bayangkan waktu kita menyusun APBN awal, belanja Negara didesain 2750 dengan asumsi harga minyak US$ 64 per barel. Hari ini harga minyak hampir dua kali lipatnya, di US$ 120 per barel. Saat ini banyak negara yang sedang menghadapi tekanan luar biasa. Politik, ekonomi, sosial karena kenaikan harga-harga minyak energi dan pangan. Itu bukan suatu hal yang sepele,” kata Menkeu.
Baca Juga: Gegara Heboh Holywings, Hotman Paris Turun Gunung Temui Ketua MUI, Netizen: Gentleman
“Indonesia mengambil keputusan bahwa dengan kenaikan komoditas memang kita mendapatkan windfall revenue (pendapatan tak terduga). Pertanyaannya windfall revenue mau dipakai untuk apa? dan diputuskan bahwa salah satu yang paling penting pada situasi hari ini. Di saat sesudah dua tahun pandemi maka kita perlu melindungi masyarakat, melindungi pemulihan ekonomi, dan melindungi kesehatan APBN. Tiga tujuan itu semuanya penting, melindungi masyarakat berarti rakyat tidak bisa diandalkan untuk mengambil shock seluruh kenaikan itu, kalau tidak berarti seluruh Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah naik paling tidak dua kali lipatnya, tapi kita tidak lepasin itu. Namun, itu juga tidak mungkin dipikul oleh BUMN seperti Pertamina dan PLN, maka subsidi harus naik dan jumlah subsidi yang harus kita tambahkan sebesar Rp380 triliun, di atas dari 154 triliun. Jadi, subsidi yang Bapak dan Ibu sekalian nikmati dalam bentuk listrik dan BBM itu masih jauh dari harga yang seharusnya, you Actually enjoy the subsidi,” tambahnya.
Hal ini menyebabkan postur APBN menjadi naik dari Rp2750 triliun menjadi kemungkinan di atas Rp3000 triliun. Supaya tidak melanggar Undang-Undang Dasar yang memandatkan 20 persen dari APBN harus untuk pendidikan. Menkeu mengatakan, naik turunnya harga minyak selalu membuat naik turunnya anggaran pendidikan.
“Makanya waktu itu kami memutuskan untuk membuat dana abadi pendidikan. pada saat anggaran pendidikan tiba-tiba naik dan APBN tinggal 6 bulan dijalankan, dan kalau saya gelondori dananya misal saya tambahin Rp30 triliun, pasti kualitas belanjanya tidak karuan, karena tidak diekspektasikan dan mungkin gak siap. Meskipun sudah punya perencanaan, tapi dari sistem penganggaran menurut UU memang kita harus mengamankan semua hal. pada akhirnya kita sebagai warga negara Indonesia dan policy maker dan pengelola kita bertanggungjawab kepada masyarakat untuk menggunakan dana itu sebaik-baiknya,” imbuh Sri Mulyani.
“Saya ingin berpesan bahwa dengan adanya dana abadi perguruan tinggi, saya minta tolong kepada Bapak dan Ibu sekalian, saya titipkan seluruh anggaran yang luar biasa besar ini untuk pendidikan. Ayo kita sama-sama mengelola dengan baik, saya mengapresiasi semua inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh Mas nadiem dengan 21 episode Merdeka Belajar,” ujarnya.
Sri Mulyani berharap, perguruan tinggi menjadi pusat-pusat untuk mencerahkan seluruh umat manusia. Sehingga rakyat jadi merasa Indonesia “we have the best people”, dan Pemerintah juga akan terus berupaya dalam memperbaiki dari resources, SDM, tata kelolanya, Pemerintahannya, dan pada akhirnya akuntabilitas serta resultnya.
Baca Juga: Protes Soal Anies Undang Tukang Bakso, Hasto PDIP Disebut Reaksioner, Kayak Bensin Disambar Api!
“Itulah yang saya anggap sebagai manusia rasional yang punya itikad baik dan ikhtiar yang baik secara terus-menerus. Saya berharap sikap itulah yang muncul dari perguruan tinggi dengan instrumen yang semakin beragam,” harapan Menkeu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar