Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenang 40 Hari Wafatnya Buya Syafii Maarif, 4 Lembaga Gelar Syafii Maarif Memorial Lecture

Mengenang 40 Hari Wafatnya Buya Syafii Maarif, 4 Lembaga Gelar Syafii Maarif Memorial Lecture Kredit Foto: Maarif Institute
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bekerja sama dengan Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS), Maarif Institute gelar Syafii Maarif Memorial Lecture di Salihara Art Center, Jakarta Selatan, Selasa (5/7/2022). Kegiatan itu sebagai peringatan 40 hari wafatnya Buya Syafii Maarif, sekaligus untuk terus mengenang pikiran sang guru bangsa.

Kegiatan bertajuk “Pancasila dalam Tindakan: Mengenang Buya Syafii Maarif, Guru Kemanusiaan Penjaga Panggung Kebhinekaan” itu juga didukung oleh komunitas Komunitas Salihara dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Baca Juga: PDIP Masih Punya Dua 'Kartu As' di Pilpres 2024, Ganjar Pranowo Salah Satunya

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dan Anggota Dewan Pengarah BPIP, Prof. Dr. M. Amin Abdullah terlihat memberikan pidato kebudayaan.

Dalam pidatonya, Amin mengatakan Buya sebagai sosok yang sangat sederhana sekaligus bersahaja. Buya betul-betul merasakan penderitaan rakyat, juga meyakini Islam sebagai pedoman etika dan petunjuk hidup dengan sepenuh hati, namun tanpa kehilangan rasa hormat kepada pemeluk agama lain yang berbeda.

"Pluralis-inklusif, non-diskriminatif. Cendekiawan- intelektual-ulama berwawasan luas dan terbuka," jelas Amin.

Lebih lanjut Amin menyebut, Buya sangat mencintai Indonesia. Namun, ketika para pemimpin negara terjebak dalam KKN, ia tanpa takut sampaikan kritik keras: “Jangan memuja-memuja Pancasila, tetapi mengkhianatinya dalam praktik kehidupan sehari-hari” dengan berbuat KKN sesuka hati. 

Buya betul-betul kesan dan sedih melihat ketimpangan antara si kaya dan si miskin ditanah air yang masih sangat terasa. Ia pun menyebut sila ke-5 adalah sila yang paling tak terlaksana di Indonesia. Sila ke-5 disebut sebagai “yatim piatu” dan paling terlantar.

Amin juga menyoroti sikap Buya ketika melihat gelagat Front Pembela Islam (FPI) semakin ganas dan menjadi-jadi karena pemerintah tidak mengambil sikap yang tegas. Buya mengeluarkan pernyataan yang sangat berani bahwa FPI dan sejenisnya adalah ‘Preman Berjubah’.

"Dengan kritik dan pernyataan-pernyataan seperti itu Buya tidak gentar untuk dikucilkan oleh warga masyarakat Muslim," kata Amin.

Dalam acara ini, perwakilan perwakilan 4 lembaga menyampaikan sambutannya. Abd. Rohim Ghazali (Maarif Institute), Ade Armando (PIS), Goenawan Mohammad (Komunitas Salihara), dan Yudian Wahyudi (BPIP).

Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abd. Rohim Ghazali, menyatakan tujuan kegiatan ini adalah untuk mengapresiasi pikiran dan sumbangan Buya serta menyebarkan lebih luas lagi nilai-nilai yang dipegangnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Adrial Akbar
Editor: Adrial Akbar

Bagikan Artikel: