Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bergaji Rp250 Juta/Bulan, Eks Presiden ACT Ahyudin Buka-bukaan Sumber Pendapatan: Kalau Gaji Lembaga Sosial Kecil, Mana Ada yang Mau?

Bergaji Rp250 Juta/Bulan, Eks Presiden ACT Ahyudin Buka-bukaan Sumber Pendapatan: Kalau Gaji Lembaga Sosial Kecil, Mana Ada yang Mau? Kredit Foto: ACT
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jadi sorotan karena gajinya pernah mencapai Rp250 juta per bulan saat menjabat Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin akhirnya buka suara. Dia mengaku jika penghasilan yang dahulu diterimanya merupakan akumulasi gaji dari banyak lembaga, bukan cuma ACT.

"Total remunerasi atau gaji yang diterima merupakan akumulatif dari banyak lembaga. ACT hanyalah salah satu dari sekian banyak lembaga yang pernah saya pimpin," kata Ahyudin dalam keterangannya di Jakarta pada Rabu (6/7).

Baca Juga: Pendukung Anies Soal Fitnah ACT dan Anies: Itu Ulah Pendukungnya Ganjar

Berikut daftar perusahaan sumber gaji eks Presiden ACT Ahyudin:

  1. ACT (Aksi Cepat Tanggap)
  2. Global Wakaf
  3. Global Zakat
  4. Global Qurban
  5. MRI (Masyarakat Relawan Indonesia)
  6. DMII (Disaster Management Institute of Indonesia)

Dia pun menyebut semua lembaga itu berada di bawah naungan Global Islamic Philanthropy atau GIP. "Semua lembaga-lembaga tersebut dibawahi oleh satu holding legal perkumpulan, yaitu GIP, di mana saya menjadi presidennya," ungkap Ahyudin.

Walakin, eks petinggi ACT itu tidak memerinci nominal gaji yang diterima dari jabatannya di berbagai lembaga itu. Ahyudin hanya menjelaskan bahwa semua leader lembaga adalah tim leader inti di GIP, mencakup presiden, senior vice president, vice president, direktur eksekutif, dan direktur.

"Sumber dana GIP adalah dari semua lembaga yang dibawahinya, termasuk saya sebagai presiden GIP. Di semua lembaga yang dibawahi GIP, saya adalah ketua dewan pembina yayasan," ujarnya.

Ahyudin menyebut gaji profesional bagi semua SDM lembaga mulai dijalankan setelah pencapaian penerimaan donasi secara akumulatif mencapai Rp500 miliar lebih per tahun. Target itu sudah tercapai dalam beberapa tahun. "Yaitu sejak tahun 2018 hingga 2021," lanjut dia.

Ahyudin juga menjelaskan akumulasi jumlah donasi yang diterima semua yayasan yang di bawah GIP menjadi alasan lembaga memberikan gaji relatif besar. Dia bahkan mengaku ingin mengangkat posisi lembaga amal sosial di Tanah Air menjadi lebih berkelas, prestise, dan profesional.

Dengan demikian, kata Ahyudin, diharapkan banyak profesional hebat mau ikut terjun ke dunia sosial. "Jika gaji di lembaga sosial kecil apalagi ditiadakan, mana mungkin orang-orang hebat profesional tertarik mengelola lembaga amal sosial," ucap Ahyudin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: