Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ternyata Oh Ternyata, Pendidikan Masih Tidak Berpengaruh Terhadap Toleransi, Duh!

Ternyata Oh Ternyata, Pendidikan Masih Tidak Berpengaruh Terhadap Toleransi, Duh! Kredit Foto: Unsplash/Macau Photo Agency
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saiful Mujani Research and Consulting mengungkapkan dalam surveinya bahwa status pendidikan tidak berpengaruh terhadap sikap toleransi seseorang. 

"Pendidikan tidak punya pengaruh pada toleransi," kata Saiful, yang dipaparkan dalam program "Bedah Politik" yang disiarkan kanal YouTube SMRC TV, Kamis (7/7/2022).

Baca Juga: Intoleransi Bikin Ketar-ketir, Mayoritas Orang Indonesia Masih Berprasangka Buruk pada Kristen dan Katolik karena...

Saiful menyatakan bahwa harapannya semakin tinggi pendidikan maka semakin toleran. Namun faktanya di Indonesia semakin tinggi pendidikan tidak menyumbang sikap toleransi.

Masyarakat yang hanya lulusan sekolah dasar (SD) 53 persen keberatan bertetangga dengan penganut Yahudi, tidak jauh berbeda dengan lulusan perguruan tinggi (PT) sebesar 48 persen.

Orang yang hanya berpendidikan tamat SD, sebanyak 58 persen keberatan Yahudi menjadi guru di sekolah negeri. Sementara 57 persen orang berlatar belakang PT keberatan dengan hal tersebut.

Penganut Yahudi sangat diharapkan tidak menjadi pejabat publik di Indonesia menurut 60 persen orang berlatar belakang tamat SD, dan 67 persen yang telah mendapat gelar dari perguruan tinggi.

Data ini menunjukkan tidak ada beda antara yang berpendidikan rendah dan tinggi dalam hal penerimaan pada warga Yahudi.

Ada dua yang berpengaruh pada sikap intoleransi warga, menurut Saiful. Pertama adalah paham keagamaan. Kedua adalah sikap resmi negara yang diskriminatif terhadap agama Yahudi.

Agama kurang inklusif dalam memperlakukan keberagaman pada paham-paham keagamaan dan agama-agama yang benar-benar ada di dunia. Adalah tantangan bagi kita untuk menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan menghargai pluralisme. 

Yang bisa dilakukan, kata Saiful, adalah mengubah kebijakan negara tentang Yahudi. Akui mereka sebagai agama resmi seperti agama-agama yang lain. Ini, menurut dia, bisa menumbuhkan sikap yang lebih positif dari masyarakat. 

Baca Juga: Sebagian Besar Orang Indonesia Masih Bingung Membedakan Israel dan Yahudi

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara acak atau random (stratified multistage random sampling) 1.220 responden.  Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1.060 atau 87 persen.

Sebanyak 1.060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar +- 3,07 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: