Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Advance Training Duta Jamu dan Kosmetik Aman 2022, BPOM Ingin Masyarakat Jadi Konsumen yang Cerdas

Advance Training Duta Jamu dan Kosmetik Aman 2022, BPOM Ingin Masyarakat Jadi Konsumen yang Cerdas Kredit Foto: Andi Hidayat

"Sikap positif adalah representasi perilaku tentang nilai Pancasila dan nilai kemanusiaan, pola pikir esensial adalah perilaku tidak hanya berdasarkan pertimbangan rasional dan pembuktian empirik, tetapi juga suprarasional yaitu pendekatan esensi dengan etika dan estetika," jelasnya.

Selain itu, dia menjelaskan komitmen normatif yang mesti dimiliki para duta, yakni kesetiaan dan loyalitas yang berbasis spirit internal. Kemudian kompetensi abilitas, kata Reri, merupakan sifat profesional pada tingkat seni.

Baca Juga: KPPU Diminta Jangan Tergesa-gesa Menilai Kebijakan BPOM

"Sedangkan landasan IESQ adalah fokus pendidikan pada kecerdasan komperhensif. Sedang karakter dari generasi emas 2045 adalah kekuatan utama membangun bangsa Indonesia menjadi besar, berdaulat, maju, adil dan makmur," katanya.

Reri menilai, duta jamu aman dan kosmetik aman yang terpilih oleh Badan POM nantinya merupakan anugerah kompetensi untuk menjadi karakter generasi emas Indonesia. Menurutnya, secara praktis dan konkret, peran duta tersebut dapat dikontribusikan bagi bangsa dan negara untuk mengampanyekan keamanan dan manfaat obat tradisional dan kosmetik di masyarakat.

Reri meminta agar para duta bisa mengelaborasikan ilmu pengetahuan dengan teknologi informasi. Sehingga, kata Reri, pesan yang disampaikan dalam kampanye bisa diserap dengan mudah secara cepat dan luas di masyarakat.

Baca Juga: Tembus Ekspor ke Jepang, Jamu Produksi Mustika Ratu Banggakan Indonesia

Reri juga mengatakan, pemilihan duta jamu aman dan kosmetik aman ini berhubungan dengan pengawalan terhadap bonus demografi yang diprediksi akan diperoleh Indonesia pada tahun 2030-2040. Dalam bonus demografi tersebut, kata Reri, penduduk Indonesia akan didominasi oleh usia-usia produktif 14 sampai 64 tahun.

"Jangan sampai kita mengharapkan bonus demografi tetapi naudzubillah, yang terjadi adalah penduduk usia produktif yang harusnya menjadi bonus demografi tapi karena perilaku hidup sehatnya tidak dilaksanakan, yang ada adalah penduduk usianya produktif tetapi sudah harus menjalani misalnya cuci darah," katanya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: