Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Yakin Harga CPO Masih akan Menguat, Begini Strategi STA Resources

Yakin Harga CPO Masih akan Menguat, Begini Strategi STA Resources Kredit Foto: DBS Vickers
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) menyatakan bahwa perseroan memperoleh berkah dari kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai produk utama perseroan di pasar dunia.

Tahun 2021, perseroan berhasil menjual 574.539 ton produk, meliputi minyak sawit, minyak inti sawit, Tandan Buah Segar (TBS), inti sawit, bungkil sawit dan ampas sawit. Namun jumlah volume penjualan itu turun tipis 4,73% dari tahun 2020 sebesar 603.051 ton.

Direktur Utama STA Resources, Mosfly Ang, mengungkapkan bahwa pencapaian kinerja perseroan sangat diuntungkan dengan harga CPO di pasar internasional yang pernah mencatat level tertinggi dalam sejarah Indonesia yaitu US$1.435 per ton di CIF Rottterdam dan MYR 5.400 per ton di Malaysian Derivatives Exchange (MDEX).

Baca Juga: Kantongi Untung Rp1,08 Triliun, STA Resources Sisihkan Rp359,3 Miliar Buat Pemegang Saham

Mosfly meyakini prospek sawit sangat menjanjikan, apalagi produk CPO dan turunannya masih menjadi komoditas unggulan penyumbang devisa Indonesia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bahkan mengungkapkan nilai ekspor CPO menembus US$35 miliar di 2021, naik 52,8% dari US$22,9 miliar di 2020. 

“Harga CPO juga akan tetap menguat dengan dimulainya kembali program Biodiesel 35 (B35) Indonesia atau B40 sesuai kebijakan pemerintah ke depan,” katanya, di Jakarta, Jumat (15/7/2022). 

Sebab itu, perseroan akan fokus mengembangkan hilirisasi sehingga memberikan nilai tambah dari produk baru dan terjadi diversifikasi basis pelanggan. “Kami telah melakukan hilirisasi usaha ke industri Pabrik Pengolahan Inti Sawit, Pabrik Ekstraksi Ampas Inti Sawit dan juga segera membangun industri Pabrik Minyak Goreng,” jelas Mosfly.

Di bidang pemasaran, STAA akan meningkatkan kinerja bisnis hulu (upstream) dan ekspansi di bisnis hilir (downstream) melalui pembangunan refinery berkapasitas 2.000 MT CPO/hari, bersamaan dengan pembangunan fasilitas dermaga dan tangki timbun berkapasitas 35.000 MT akan selesai pada Oktober 2023.

Direktur Keuangan STAA Lim Chi Yin mengungkapkan kinerja kuartal I-2022 (Q1) sangat positif dengan pendapatan Rp 1,63 triliun, naik 44,24% dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,13 triliun. Laba bersih diraih Rp 432,39 miliar, melesat 155% dari tahun sebelumnya Rp 169,67 miliar. Dengan kinerja yang kuat, STAA juga meringankan tingkat hutangnya dengan pelunasan sebesar Rp 117,00 miliar kepada Bank Mandiri.

“Aset kami solid Rp 7 triliun dengan kewajiban Rp 2,83 triliun, ekuitas Rp 4,17 triliun sehingga rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) kami terjaga di level 0,67 kali,” ungkap Lim.

Baca Juga: Cegah Volatilitas Harga, Pasokan Minyak Nabati Global Harus Berkesinambungan

Penjualan terbesar di Q1-2022 masih dari produk minyak sawit Rp 1,31 triliun atau 80,36% dari total pendapatan. Sementara sisanya disumbang inti sawit, lalu TBS, bungkil sawit dan ampas sawit. Penjualan ke pasar lokal dominan mencapai Rp 1,61 triliun, sisanya Rp 22,54 miliar untuk ekspor.

Dia mengatakan bisnis CPO berpotensi besar dapat menguntungkan produsen karena margin laba yang besar, permintaan internasional yang tinggi diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia sebesar 9,6 miliar pada tahun 2050, lalu tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibanding minyak nabati yang lain, dan gencarnya kampanye penggunaan biofuel secara global.

“Sejumlah faktor tersebut diiringi dengan harapan membaiknya perekonomian Indonesia dan upaya pemerintah mengatasi pandemi. Kami optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan kinerja yang stabil di masa mendatang,” katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: