Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pembatasan Gas di Uni Eropa Bakal Memicu Hiperinflasi hingga Resesi

Pembatasan Gas di Uni Eropa Bakal Memicu Hiperinflasi hingga Resesi Kredit Foto: Antara/ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/Ilustrasi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan energi Rusia Gazprom yang dikabarkan akan menghentikan pengoperasian siemens lainnya membuat pasokan gas melalui pipa Nord Stream 1 tidak akan melebihi 33 juta meter kubik per hari mulai 27 Juli, atau hanya sekitar 20 persen dari kapasitas pipa.

Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira menilai kebijakan tersebut akan memicu terjadinya hiperinflasi di negara-negara Eropa.

"Tentu kondisi tersebut akan memicu hiperinflasi di negara-negara Eropa karena inflasi Eropa ini 50 persen lebih disumbang dari harga energi terutama dari harga gas," ujar Bhima saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Rabu (27/7/2022).

Baca Juga: Gawat, Pembatasan Ekspor Gas Rusia ke Uni Eropa Bisa Berdampak terhadap Inflasi Indonesia

Bhima melihat jika hal tersebut benar akan terjadi, maka Eropa harus mencari alternatif di mana itu tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek, maka yang akan terjadi adalah hiperinflasi dan ini akan mempercepat resesi ekonomi di banyak negara Eropa.

"Karena konsumen tidak siap, terjadi kontraksi permintaan, imbasnya tentu terjadi resesi di kawasan Eropa bisa mengakibatkan dampak terhadap pelemahan nilai tukar di negara-negara berkembang karena yang menguat adalah dolar sebagai safe heaven ini yang perlu diwaspadai," ujarnya.

Bhima menyebut, perdagangan Indonesia dengan negara-negara di Uni Eropa juga akan terganggu dan mengalami tekanan penurunan sehingga mempengaruhi surplus perdagangan dan devisa. 

Selain itu, imbas dari kenaikan harga akan memicu terjadinya kenaikan harga terhadap komoditas energi termasuk minyak mentah, sementara Indonesia bakal mengalami defisit minyak dan gas pada  Januari sampai dengan Juni 2022 yang melonjak dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama 2021.

"Ini bisa membuat inflasi di dalam negeri naik terutama penyesuaian terhadap harga BBM, LPG, dan tarif dasar listrik yang disubsidi, jadi ini yang perlu menjadi perhatian bahwa konflik yang terjadi di Ukraina terus berlanjut, Eropa mengalami resesi ekonomi akibat hiperinfalsi ini membuat prospek perekonomian global semakian suram," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: