Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Juli 2022, PMI Manufaktur Indonesia Meningkat Jadi 51,3

Juli 2022, PMI Manufaktur Indonesia Meningkat Jadi 51,3 Kredit Foto: Kemenkeu

Secara bulan ke bulan, inflasi juga meningkat mencapai 0,64 persen (Juni: 0,61 persen). Tingkat inflasi Indonesia secara keseluruhan masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Uni Eropa (angka estimasi resmi: 8,9 persen) (Juni: 8,6 persen).  

Meskipun sedikit meningkat, inflasi inti masih terjaga pada level 2,86 persen (yoy) (Juni: 2,63 persen). Relatif terjaganya inflasi inti juga mencerminkan komitmen Bank Indonesia dalam mengendalikan ekspektasi inflasi di Indonesia. Pada sisi lain, pergerakan komponen inflasi inti, baik jenis barang maupun jasa, menunjukkan menguatnya pemulihan daya beli dan permintaan masyarakat. 

Baca Juga: Kebutuhan Tenaga Kerja Sektor Konstruksi dan Manufaktur Bakal Meningkat

Adapun, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered prices) Juli 2022 mengalami peningkatan menjadi 6,51 persen (Juni: 5,33 persen). Masih tingginya harga energi dunia khususnya minyak mentah mendorong penyesuaian beberapa harga energi domestik seperti BBM dan elpiji non-subsidi, serta tarif listrik. Selain itu tekanan harga avtur dan pajak bandara juga masih mendorong kenaikan tarif angkutan udara. 

"Dinamika global masih menjadi tantangan utama bagi stabilitas harga di dalam negeri. Namun demikian, APBN akan terus dioptimalkan sebagai shock absorber, melalui alokasi subsidi dan kompensasi untuk BBM, listrik dan LPG untuk menyerap tantangan tersebut. Pergerakan administered prices di Indonesia relatif terkendali dibandingkan dengan beberapa negara lain yang tidak menggunakan mekanisme subsidi energi, seperti di Singapura, AS, dan Eropa," jelasnya.

Sementara itu, inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) kembali meningkat signifikan mencapai 11,47 persen (Juni: 10,07 persen). Inflasi pangan bulan ini disebabkan oleh gangguan suplai domestik pada produk hortikultura seperti cabai merah, cabai rawit, serta bawang merah akibat kondisi cuaca. Di sisi lain, harga daging ayam menurun akibat melimpahnya stok pasca Idul Adha serta harga minyak goreng yang mengalami deflasi seiring melandainya harga Produk Sawit. 

"Menghadapi kenaikan harga pangan ini, pemerintah akan terus melaksanakan dan memperkuat kebijakan intervensi harga pangan, penguatan stok, serta operasi pasar dan dukungan fasilitas distribusi yang dilakukan oleh berbagai Pemerintah Daerah untuk menekan harga cabai dan bawang yang masih tinggi. Faktor musiman terkait kondisi cuaca umumnya bersifat temporer. Harga pangan diperkirakan akan semakin stabil seiring membaiknya kondisi cuaca ke depannya. Pergerakan harga komoditas hortikultura sudah menunjukan tren melandai dalam dua minggu terakhir bulan Juli," jelas Febrio.  

Baca Juga: Selain Harga Cabai, Persiapan Masuk Sekolah Juga Ikut Dorong Naiknya Inflasi di DKI Jakarta

Dengan perkembangan saat ini, laju inflasi akhir tahun diperkirakan masih relatif moderat, meskipun cenderung berada pada batas atas sasaran inflasi Pemerintah. 

"Pemerintah dalam mengendalikan inflasi akan mengoptimalkan kebijakan kunci terutama menjaga daya beli masyarakat melalui berbagai kebijakan subsidi, kompensasi, dan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dan rentan. Selain itu pemerintah akan terus menjaga momentum pemulihan dengan mengendalikan pandemi dan mendorong program PEN. Koordinasi dan kolaborasi Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) akan terus diperkuat untuk menjaga keseimbangan antara suplai dan permintaan masyarakat, termasuk keseimbangan distribusi pasokan antar wilayah," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: