Regulasi di Indonesia bagaimana?
Jujur kata untuk regulasi itu, kali ini posisinya dipersulit (kebijakan PLN). Kenyataanya memang begitu dan itu benar-benar terjadi malah menurut saya, kalau saya lihat untuk perumahan saya kira itu lebih penting untuk mengikuti regulasi karena dia sama sekali tidak ada negoshifting replace terhadap pemerintah.
Di mana ketika PLN bilang kamu mati ya kamu mati, dan itu pasti terima saja dan kalau sama perusahaan agak beda, di mana ketika PLN suruh matikan, dia bisa negosiasi dengan PLN di mana dia bisa ajak PLN bicara, kalau misalnya perumahaan ya siapa kamu.
Alasan mengambil perusahaan awalnya karena ada bargaining power-nya juga?
Iya masih ada bargaining power-nya juga dan itulah karena jujur saja benar-benar menghambat. Jadi kasihan juga, kalau dilihat perumahan kan lebih butuh ini (PLTS) kalau misal ada rate of return, kita pakai listrik di rumah kan lebih sedikit dan lebih banyak malam, jadi otomatis di rumah akan banyak export-nya jadi tidak ada rate of return habislah kami, enggak akan ada return-nya, dan kenyataanya begitu.
Selain regulasi ada hal lain yang menghambat?
Menurut saya, regulasi is the fewer numbering one, tapi mungkin kalau misalnya masyarakat lebih suportif dan memang saya mengerti itu adalah yang menakutkan kadang-kadang. Terkadang kalau misalnya pemerintah menakut-nakuti masyarakat akhirnya masyarakat akan takut juga.
Namun, kalau mungkin yang saya bisa katakan ke masyarakat luas sebenarnya ada keuntunganya, kita adalah negara demokrasi di mana demokrasi itu kan sudah pasti mereka butuh vote dari masyarakat.
Asalkan masyarakat bisa bilang ke pemerintah bahwa mereka tahu renewable energy dan mereka mau pakai energi yang lebih bersih, biarpun apa kata regulasi, menurut saya, akan sailor of things, jadi mungkin ada sedikit kedua-duanya juga, jadi kemauanya masyarakat luas belum sebegitu kuatnya sampai pemerintah merasa tergerak untuk melakukan sesuatu.
Tapi memang at the same time, kalau misalnya pemerintah enggak mau itu, ya masyarakatnya juga takut.
Cara dari Xurya untuk menjawab tantangan tersebut?
Kalau dari kami sekarang ini, secara berkelanjutan berdialog dengan stakeholder, di mana pemerintahan kan cukup luas dengan banyak stakeholder, setiap stakeholder kami ajak berbicara dan kami coba memahamkan mereka punya kebijakan seperti apa, PLN sebenarnya support, ESDM support, tapi kenapa PLN seakan-akan mereka kalah dengan ESDM dan poin-poin itu kami berdialog dan mengerti poin mereka seperti apa.
Namun, menurut saya, ya lebih banyak masyarakat yang bisa kami konfirmasi untuk pasang, i think the more actually the more world participate, kalau misalnya oleh karena ini malah makin sedikit yang pasang, menurut saya agak susah juga kalau kami berbicara dengan pemerintah.
Cukup banyak costumer kami yang mau terus maju karena bagi mereka, energi baru dan terbarukan itu bersih dan lebih baik untuk dunia, dan mereka tetap masih mau bergerak, dan kami bersyukur dengan adanya costumer kami yang masih suportif.
Dari 2018 sampai sekarang sudah berapa panel yang telah terpasang?
Kami enggak dispose jumlah KWP-nya tapi kami ekspos jumlah, jadi kemarin 50 plus karena ada yang sedang proses konstrusi. Ada beberapa perusahaan besar, ada Unicharm, distributornya IKEA, jadi beberapa brand, Softex yang kami sudah disclose, 50 plus dari berbagai macam jenis industri.
Lokasi terbesar?
Di Jawa Timur di platimum pabrik keramik lebih dari 5 mega, dan itu untuk golongan PLTS atap harusnya terbesar lebih dari 5 hektare.
Sebaran lokasi?
Kalau ke Timur kami baru di daerah Makasar dan lagi progres di Bali.
Ada Target rencana di Kalimantan?
Selalu ada rencana untuk ke sana juga, tapi kami engga terlalu melihat banyak pergerakan yang signifikan.
Kan mayoritas ada di Jawa Barat dan Jawa Timur, ke depan selain wilayah tersebut ada lagi tidak wilayah lain?
Kalau dari segi geografis, lumayan merata dari segi operasional kami karena sebenarnya bukan geografinya yang kami kejar, tapi lebih ke kawasan-kawasan, yang kami kejar kawasan pabrik dan komersial seperti mal, jadi mungkin lebih ke urban area.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: