Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Geser Paradigma ke Online, Masyarakat Dituntut Makin Cakap Digital

Geser Paradigma ke Online, Masyarakat Dituntut Makin Cakap Digital Kredit Foto: Unsplash/Mimi Thian
Warta Ekonomi, Jakarta -

Survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 menyebutkan sub indeks keahlian dari tiga indikator Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia memiliki skor paling rendah. Hal ini belum sejalan dengan pengguna internet yang terus meningkat, di mana We Are Social dan HootSuit per Februari 2021 mengungkap peningkatan jumlah pengguna internet menjadi 204,7 juta atau sekitar 73,7% dari populasi Indonesia. 

Dengan fakta tersebut kecakapan digital masyarakat Indonesia harus terus ditingkatkan. Sebab sebagai pilar dalam indeks informasi dan literasi data kemampuan masyarakat untuk mengakses, mencari, menyaring, dan memanfaatkan setiap data kemudian mendistribusikannya dianggap penting.

Baca Juga: Integritas dan Kejujuran Jadi Faktor Utama Etika Digital

Individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital. Di dalamnya termasuk kemampuan menggunakan mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan, dan media sosial, serta dompet digital, lokapasar dan transaksi digital.

Dekan IAI Dalwa dan Ketua Umum Relawan TIK Jawa Timur, Novianto Puji mengatakan, digitalisasi sudah menggeser paradigma offline. Tempat transaksi jual beli pun bergeser, ke sistem online di marketplace. "Transaksi lewat media digital tambah ramai, perubahan aktivitas masyarakat sudah berpindah ke online," katanya saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, pada Rabu (24/8/2022).

Tak hanya perubahan tersebut, jenis pekerjaan di era digital juga berganti. Bahkan beberapa pekerjaan seperti telemarketing, pengantar surat, teller bank, kasir, diprediksi akan punah digantikan jenis bidang pekerjaan baru. Kemudian tren profesi saat ini beralih menjadi social media specialist, content creator, cyber security enginer, dan digital marketing.

Novianto mengatakan, masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan. Berbagai jenis keahlian di abad 21 perlu dipelajari agar bisa bertahan dalam persaingan yang semakin luas, seperti kemampuan kreatif berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi yang diperlukan talenta digital saat ini.

Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Baca Juga: Jejak Digital Menimbulkan Risiko Identitas Pribadi Dicuri

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. 

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya antara lain Dekan IAI Dalwa dan Ketua Umum Relawan TIK Jawa Timur, Novianto Puji serta Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Swiss German University, Loina Lalolo Krina dan Pegiat Literasi Digital, Rofidatul Hasanah. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: