Dalam upaya penerapan konsep ekonomi sirkular, zero waste dan green environment, perusahaan baja swasta terbesar di Indonesia, PT Gunung Raja Paksi, Tbk (GRP) berhasil mengolah limbah pabrik menjadi produk lain yang bermanfaat. Di antaranya menjadi green aggregate, yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
“GRP sangat peduli terhadap lingkungan. Untuk itu kami memanfaatkan sisa limbah produksi pembuatan baja (steel slag) untuk dijadikan green aggregate. Inovasi green aggregate ini bagian dari filosofi zero waste yang mendorong manusia untuk bijak dalam memaksimalkan sumber daya, sehingga produk-produk bisa digunakan kembali. Ini akan membentuk ekonomi sirkular (circular economy), sebuah sistem ramah lingkungan yang mempertahankan nilai material agar dapat digunakan berulang-ulang,” kata Presiden Direktur GRP Abednedju Giovano Warani Sangkaeng.
Upaya tersebut, lanjutnya, juga merupakan bentuk implementasi program Environment, Social, and Governance (ESG) perusahaan. Dalam memproduksi green aggregate, lanjut Argo, steel slag terlebih dahulu dipisahkan dan kemudian dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil.
Baca Juga: Sektor Besi- Baja Harus Antisipasi Penerapan Pajak Perbatasan Karbon
“Kami memproduksi lima jenis green aggregate berdasarkan ukuran. Tipe Pasir berukuran 0-4 mm, Tipe Screening 4-8 mm dan 8-12 mm, serta Tipe Split berukuran 12-20 dan 20-50 mm,” jelasnya.
Pembagian atas berbagai kategori ukuran tersebut, jelasnya, untuk menyesuaikan dengan industri pengguna. Misal, produk yang sesuai untuk industri batako dan paving block adalah Tipe Pasir. Sedangkan industri beton ready mix dan kontraktor PU road base jalan, bisa mengunakan Tipe Pasir, Screening, dan Split.
Menurut Argo, aplikasi pemanfaatan green aggregate sudah banyak dikembangkan di berbagai negara maju. Selain bidang konstruksi, juga bisa dimanfaatkan bidang lain seperti pertanian. “Silika pada green aggregate sangat baik sebagai media pupuk untuk meningkatkan figur tanaman dan daya tahan terhadap penyakit. Selain itu, juga berpori dan bersifat basa sehingga efektif dalam menetralisir keasaman tanah,” kata dia.
Sedangkan untuk konstruksi jalan, karena green aggregate bersifat keras, tahan aus, adhesif, dan kasar. Dengan demikian, lanjut Argo, kualitasnya tak tidak perlu diragukan. “Penggunaan green aggregate bisa menjadi salah satu solusi yang tepat supaya pembangunan dapat terus berlangsung tanpa merugikan lingkungan dan tanpa mengurangi kualitas beton,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri