Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Netizen Budiman, Mulailah Bedakan Bercanda dan Bullying, Nyawa Taruhannya!

Netizen Budiman, Mulailah Bedakan Bercanda dan Bullying, Nyawa Taruhannya! Kredit Foto: Vecteezy/Tidty33936976
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dunia digital dan dunia nyata sudah tidak terpisahkan. Sekarang ini apa yang dilakukan di dunia nyata berpindah ke ruang digital. Salah satunya perilaku negatif seperti perundungan yang semakin marak terjadi di internet.

Perundungan di dunia maya (cyberbullying) merupakan tindakan agresif seseorang atau sekelompok terhadap orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental) dengan menggunakan media digital. Perilaku negatif ini memunculkan rasa takut korban, bahkan dapat terjadi kekerasan fisik di dunia nyata.

Baca Juga: Waspada Cyberbullying, Anak Bisa Menjadi Korban dan Pelaku

“Dulu bully, sekarang karena digital sehingga disebutnya cyberbullying. Medianya, platformnya bisa di kolom komentar, Whats App langsung, DM, media-media untuk bully. Jadi cyberbullying itu perundungan yang dilakukan di media sosial,” kata Dosen Fikom Unitomo, Dr. Nur’annafi Farni Syam Maella, S.I.Kom, M.I.Kom saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kota Mojokerto, Jawa Timur, pada Jumat (26/8/2022).

Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.

Menurut survey UNICEF pada 2021, sebanyak 45 persen dari 2777 anak muda usia 14-24 tahun pernah mengalami cyberbullying. Tercatat 30 persen korban meresponnya dengan membiarkan kasus.

“Penggunaan kalimat ‘kita becanda’ membuat cyberbullying sulit diidentifikasi korban. Sehingga seharusnya ketika teman-teman tertawa, kita harus saling tertawa, bukan menertawakan. Ketika kita merasa ditertawakan, bukan tertawa bersama, saat itu bisa saja kita sedang dibuli,” kata Nur’annafi.

Korban cyberbullying akan selalu merasa depresi. Mereka juga memiliki masalah kepercayaan dengan orang lain, karena tidak diterima oleh rekan-rekannya. Pada kasus esktrem, korban bahkan memilih untuk melakukan bunuh diri.

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kota Mojokerto, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Pandu Digital Indonesia, Business Coach, Ismita Putri. Kemudian Dosen Fikom Unitomo, Dr. Nur’annafi Farni Syam Maella, S.I.Kom, M.I.Kom, serta Jawara Internet Sehat & RTIK, Ulil Albab.

Baca Juga: Pasha Ungu Diserang Netizen: Dulu Kritik Farel Gak Boleh Nyanyi Lagu Dewasa, Eh Sekarang Malah Joget dan Nyanyi Bareng Satu Panggung

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: