Bukan Rp502,4 Triliun, Arifin Tasrif Prediksi Anggaran Subsidi BBM Akan Lebih dari Rp339 Triliun
Pertamina membantah kalau pihaknya telah menerima pembayaran atas bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp502,4 triliun dari Pemerintah. Direktur Utama PT Pertamina Persero Tbk, Nicke Widyawati, mengungkapkan bahwa anggaran yang sebenarnya dibayarkan oleh Pemerintah untuk menyubsidi dan mengompensasi BBM hanya Rp267 triliun dari Rp502 triliun.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memperkirakan, total subsidi dan kompensasi BBM sampai akhir tahun akan lebih dari Rp339 triliun.
Baca Juga: BBM Naik, Jadi Momentum Kembangkan Energi Alternatif
Arifin menyampaikan, Rp339 triliun hanya untuk 23 juta kilo liter Pertalite dan 15 juta kilo liter Solar, dengan asumsi harga minyak dunia US$63 per barel. Akan tetapi, di saat yang bersamaan harga Indonesia Crude Price (ICP) sudah mencapai US$85 per barel.
"Dengan asumsi yang 23 juta kilo liter (Pertalite) dan 15 juta kilo liter (Solar) ini hampir Rp339 triliun," kata Arifin saat ditemui awak media di Hotel Ayana, Jakarta, Jumat (9/9/2022).
Namun, seiring berjalannya waktu, konsumsi energi mengalami peningkatan dan harga minyak dunia mengalami kenaikan. Sampai akhir tahun diperkirakan konsumsi Pertalite bisa mencapai 29 juta kilo liter dan Solar mencapai 17 juta kilo liter.
Lebih lanjut, Arifin menjelaskan, dengan tren dari harga ICP yang meningkat, rata-rata dari harga minyak dunia per semester I-2022 sudah berada di US$103 per barel. Oleh karena itu, Arifin memperkirakan alokasi anggaran untuk subsidi dan kompensasi BBM bisa lebih tinggi dari Rp339 triliun.
"Prediksinya ini akan terus naik karena konsumsinya juga naik terus buat Pertalite dan Solar," ujarnya.
Dengan fluktuasi harga minyak dunia saat ini, Arifin memperkirakan anggaran subsidi dan kompensasi energi bisa tembus hingga Rp700 triliun. Untuk itu, pemerintah melakukan antisipasi agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini tidak habis untuk membayar subsidi dan kompensasi energi.
Baca Juga: Asumsi Makro Sektor ESDM 2023, ICP Dipatok US$95 Per Barel
"Nah, ini bisa tembus Rp700 triliun sementara saat ini masih belum ada kepastian mengenai ada perbaikan atau tidak terkait komoditas migas internasional. Ini yang diantisipasi. Kalau enggak, ini kan sangat berat," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Puri Mei Setyaningrum