Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Turun, Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Diproyeksikan Sentuh 3,7% di 2022

Turun, Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Diproyeksikan Sentuh 3,7% di 2022 Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

ASEAN diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 3,7% pada 2022. Angka ini turun dari pertumbuhan 4,3% yang diproyeksikan pada Juli lalu. Hal ini disebabkan terjadi pergerakan ekonomi yang lebih lemah di negara-negara Plus-3, yakni China, Hong Kong, Jepang, dan Korea.

Data tersebut diperoleh dari laporan ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), perusahaan asal Singapura, per 30 September 2022.

"Tantangan eksternal telah meningkat sejak penilaian terakhir pada Juli lalu, memperlambat momentum pertumbuhan ekonomi kawasan," kata Hoe Ee Khor, Kepala Ekonomi AMRO, Kamis (6/10/2022).

Baca Juga: Bahlil: Ekonomi Global Tidak Stabil, Indonesia Patut Bersyukur Dipimpin Jokowi

Tekanan inflasi yang tinggi, kondisi keuangan global yang makin ketat, risiko resesi di Amerika Serikat dan Eropa yang meningkat, serta ketegangan geopolitik dinilai menjadi faktor yang memengaruhi pelemahan ekonomi di kawasan ini.

Tingkat inflasi kawasan untuk 2022 kini diproyeksikan berada pada level 6,2%, 1% persen lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan diperkirakan akan bergeser menjadi 4,6% pada 2023 karena ekonomi China meningkat, dengan inflasi moderat menjadi sekitar 3,4%.

Meski harga minyak dan pangan global telah menurun dari puncak sebelumnya, namun inflasi di kawasan ASEAN masih terus meningkat. Hal ini mencerminkan harga impor yang lebih tinggi dan nilai tukar mata uang yang lebih lemah.

Harga makanan dan bahan bakar juga masih tetap tinggi meski ada penurunan dalam tolok ukur komoditas global utama baru-baru ini. Pemotongan subsidi di beberapa ekonomi dan depresiasi mata uang juga telah mendorong harga yang lebih tinggi.

"Bank sentral di kawasan ini menaikkan suku bunga kebijakan untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung mata uang mereka. Namun, laju pengetatan moneter umumnya lebih terukur dan bertahap daripada di Amerika Serikat dan kawasan Eropa," tambah Khor.

Perang berkepanjangan di Ukraina memperdalam krisis energi Eropa, mendorongnya mendekati resesi. Di Amerika Serikat, pengetatan moneter yang agresif untuk melawan inflasi yang terus-menerus tinggi meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya hard landing.

"Perlambatan ekonomi simultan di Amerika Serikat dan Eropa, dalam hubungannya dengan pengetatan kondisi keuangan global, akan memiliki efek limpahan negatif bagi kawasan melalui jalur perdagangan dan keuangan."

Untuk 2023 nanti, AMRO memprediksi kawasan ASEAN dan Plus-3 akan mengalami pertumbuhan ekonomi menjadi 4,6% seiring dengan pemulihan China. Secara terperinci, kawasan Plus-3 diproyeksikan akan tumbuh 4,5% dan ASEAN 4,9%, dengan inflasi moderat menjadi sekitar 3,4%.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: